Edbert Fernando & James Riady

Edbert Fernando & James Riady
Edo's Graduation from UPH College

Senin, 10 Agustus 2009

Rumah Masa Depan (Bagian I)

Hari Minggu tanggal 22 Pebruari 2009 yang lalu, saya bersama dengan istri, Om dan Tante (Atio & Seko) ke Kerawang. Tujuan kami adalah untuk melihat-lihat kapling tanah untuk "Rumah Masa Depan" buat Tante kami yang lain (Siko) yang saat itu sedang sakit.

Kami masuk ke kawasan Sandiego Hills Memorial Park sebagai kawasan yang masih relatif agak baru. Menurut salah seorang marketing executive-nya, bahwa saat ini baru dikembangkan seluas 50 hektar dari rencana keseluruhan 500 hektar. Kawasan yang tertata sangat rapi jauh dari kesan kuburan. Orang yang tidak tahu mungkin dikira lapangan golf yang lengkap dengan country club-nya. Ada danau, ada kolam renang, gedung pertemuan, restoran, toko bunga dan lain-lain.

Untuk type yang standar adalah lokasi yang dinamakan dengan creation dengan ukuran 1m x 2,6m. Harganya berkisar antara dua puluhan sampai tiga puluhan juta rupiah sebelum discount. Discount tergantung cara pembayarannya, karena bisa juga dengan cara kredit. Saya tidak tanya istilahnya kalau cara pembayaran secara kredit, mungkin kalau kita kreatif memberikan singkatannya adalah "KPK" (Kredit Kepemilikan Kuburan), karena tanahnya adalah bersertifikat hak milik.

Harga juga bisa ditentukan oleh letak tanahnya, view yang berbeda harganya juga berbeda. Tanah yang view-nya menghadap ke danau lebih mahal. Pada saat kita tanya untuk yang dekat ke danau, katanya sudah terjual habis 100%. Untuk posisi yang lebih tinggi dekat dengan pohon-pohon di atas bukit, katanya juga sudah terjual habis.

Penomoran juga menentukan harga, untuk nomor cantik seperti 7, 8 dan 9 harganya lebih mahal, dan tidak terdapat nomor 4 karena angka 4 dalam pengucapan bahasa Mandarin adalah Se atau dalam dialek Hokkian adalah Si, yang bisa berarti mati. Jadi orang yang sudah mati saja dianggap masih takut akan angka 4 (mati), atau bisa diartikan orang yang sudah mati masih takut mati, padahal memang sudah mati.

Semua kuburan dalam bentuk flat (rata), untuk yang sudah terisi, tanah dan rumputnya agak sedikit lebih tinggi (± 3 cm), sehingga kita bisa membedakan yang sudah terisi (sudah dihuni) dengan yang belum terisi (belum dihuni).

Semua kuburan 1m x 2,6m langsung nempel dengan tetangga di sebelahnya dan suatu saat semua sudah terisi penuh, maka bagi saudara yang datang untuk berziarah harus berjalan di atas garis di antara kuburan, karena kalau tidak akan sedikit menginjak kuburan tetangga.

Pada saat kita tanyakan yang paling dekat dengan jalan (di pinggir jalan) katanya masih tersedia cukup banyak, dan masih terdapat sisa tanah antara 1/2 sampai 1 meter dari saluran air (got) di pinggir jalan. Ternyata menurut lanscap-nya posisi kepala ada di bawah (menghadap ke bukit). Mungkin sengaja untuk kita tidak memanfaatkan tanah yang kurang dari 1 meter di pinggir jalan untuk berdiri, supaya tidak longsor karena sering diinjak.

Dengan hanya tersisa beberapa posisi yang cukup baik yang ditunjukkan oleh marketing executive-nya, akhirnya kami memutuskan mengambil satu kapling di Hammingbird blok J27 No. 5, itulah "Rumah Masa Depan" untuk Tante kami (Siko).

Tidak ada komentar: