Edbert Fernando & James Riady

Edbert Fernando & James Riady
Edo's Graduation from UPH College

Kamis, 27 Agustus 2009

Mendambakan Kendaraan Umum Yang Aman dan Nyaman

Sudah satu minggu ini saya berangkat ke kantor dan pulang dengan kendaraan umum (bus khusus dari shelter bus Lippo Village, Karawaci), karena selama bulan puasa jalanan justru semakin macet terutama di sore hari menjelang berbuka puasa, jadi rasanya akan lebih santai kalau naik bus.

Ternyata saya cukup bisa menikmati perjalanan pergi pulang (bukan pulang pergi, karena bagaimana bisa pulang dulu baru pergi) dengan bus umum tetapi agak khusus ini. Tempat pemberhentian bus ini tidak boleh di sembarangan tempat dan tidak boleh orang naik turun di tengah jalan. Tempat pemberhentiannya sudah ditentukan di titik-titik tertentu, misalnya bus yang berangkat dari Lippo Village jam 06.00 pagi berhentinya di Menara Mulia daerah Semanggi, lalu ke Citra Graha, di Jl. Gatot Subroto. Ada lagi bus yang berangkat jam 06.05 pagi, berhentinya di Komdak, Jl. Jend. Sudirman lalu putar arah ke gedung FX di dekat pintu satu Gelora Bung Karno, Senayan. Memang dengan begitu bus ini menjadi lebih exclusive dibandingkan dengan bus umum lainnya, terutama dari segi keamanan dan kenyamanan para penumpang.

Yang menjadi kendala adalah tempat pemberhentian bus agak sedikit jauh dari kantor saya di Menara Batavia, sehingga saya harus berbalik arah dengan menyambung kendaraan umum lagi. Kalau pada pagi hari tentu tidak menjadi masalah, turun dari bus di gedung FX langsung bisa naik taxi yang banyak lalu lalang di sekitar situ dan situasi jalanan pun cukup lancar. Biasanya naik taxi kira-kira habis antara Rp. 10.000 - Rp. 15.000 dari gedung FX ke gedung Menara Batavia. Masuk taxi, pintu ditutup, argo meter langsung ditekan sebesar Rp. 5.000 ada juga yang Rp. 6.000, jalan kira-kira 1 km, argo meter mulai loncat-loncat kelipatan Rp. 250 kira-kira setiap 6 detik, kalau yang argo pertama Rp. 6.000, lancatannya kelipatan Rp. 300.

Pada sore hari, jalanan macet tidak ketulungan atau bisa dibilang macet minta ampun, cuma biasanya kita minta ampun kan kepada Tuhan, lahhh... memangnya kemacetan jalanan disebabkan oleh Tuhan, itu kan ulah manusia juga, semua orang bawa mobil, motor, semua orang ingin pulang lebih cepat untuk berbuka puasa bersama keluarga. Selama bulan puasa biasanya kantor-kantor masuk lebih pagi dan pulang lebih cepat antara 30 menit sampai 1 jam. Herannya yang tidak puasa pun ingin pulang cepat-cepat juga (ya termasuk saya juga sih). Tensi setiap orang pun mulai berubah, senggol-senggolan antara kendaraan kadang tidak terhindarkan, malah tidak jarang orang mulai mengeluarkan kata-kata makian satu sama lainnya, wah kalau begitu puasanya batal deh !!!

Karena macet tidak ketulungan di sore hari, maka saya terpaksa naik ojek motor dari kantor ke gedung Citra Graha bayar Rp. 20.000, padahal jaraknya paling hanya sekitar 3 km, tidak apa-apa deh hitung-hitung berbagi rezeki kepada tukang ojek motor. Cuma yang membuat sport jantung selip-selipan motor di antara bus-bus bahkan truk, sehingga kaki dan tangan harus benar-benar rapat dengan badan. Kadang saya takut juga tergencet di antara kendaraan yang begitu padat.

Keadaan ini membuat inspirasi saya untuk menulis, bagaimana menciptakan kendaraan umum yang benar-benar aman dan nyaman kepada para penumpang, sehingga orang-orang berangkat ke kantor tidak lagi menggunakan kendaraan pribadi. Dengan pertambahan ruas jalan yang tidak seimbang dengan pertambahan jumlah kendaraan pribadi, jika masalah ini dibiarkan terus menerus, maka memang bukanlah mustahil suatu saat nanti hanya beberapa langkah orang keluar dari rumah jalanan sudah penuh dengan kendaraan, motor, mobil, bus dan truk. Jadi kita harus lewat mana ?

Saat ini yang dipikirkan oleh pemerintah daerah maupun oleh pemerintah pusat selalu mencari cara untuk menambah ruas jalan misalnya menambah under pass dan fly over atau menambah lajur jalan tol, namun semua memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam melakukan pengembangan. Dalam proses pembuatan under pass dan fly over saja menyebabkan kemacetan yang luar biasa. Penambahan lajur jalan tol juga tidak dapat dikembangkan terus menerus, suatu saat akan habis juga lahan yang tersedia. Selama pemerintah masih berpikir bagaimana caranya menambah ruas jalan akan selalu kalah dengan orang yang berpikir bagaimana memiliki tambahan kendaraan baru.

Kenapa pemerintah masih tidak berpikir dengan cara yang lain. Selama seminggu saya naik kendaraan umum yang menurut saya cukup aman dan nyaman. Saya merasakan seperti sedang berada di luar negeri. Maklum memang saya jarang naik bus setelah punya kendaraan pribadi, jadi naik bus, taxi dan MRT kalau sedang di luar negeri, rasanya nyaman-nyaman saja. Jadi saya berpikir kalau seandainya semua bus umum di Jakarta dibuat senyaman di luar negeri atau setidaknya senyaman bus dari shelter-shelter perumahan seperti Lippo Village, mungkin banyak yang akan parkir mobil pribadinya di rumah. Mobil pribadi cukup satu atau dua saja untuk bepergian dengan keluarga pada akhir pekan atau pada hari libur.

Akan tetapi tidak cukup sampai di situ saja, tidak cukup hanya perbaikan kwalitas dan kwantitas bus-bus umum. Langkah berikutnya adalah membatasi kendaraan pribadi untuk masuk ke jalan tol dan jalan-jalan protokol pada hari-hari kerja. Caranya pada hari-hari kerja tarif jalan tol untuk kendaraan pribadi dinaikkan misalnya Rp. 5.000/km/kendaraan, sedangkan bus bila perlu digratiskan. Pada akhir pekan (Sabtu, Minggu) dan hari-hari libur tarif tol dinormalkan lagi seperti tarif yang berlaku saat ini. Untuk kendaraan angkutan barang seperti truk diberlakukan tarif tersendiri, supaya tidak menghambat perputaran barang. Jalan-jalan protokol juga dibuatkan pintu pembayaran seperti jalan tol dengan tarif yang sama seperti jalan tol. Motor tidak diperbolehkan masuk ke jalan-jalan protokol, apalagi jalan tol yang memang dari dulu juga tidak boleh masuk. Armada bus diperbanyak, keamanan dan kenyamanan dibuat seperti bus dari shelter-shelter perumahan. Semua penumpang mendapatkan tempat duduk, tidak boleh ada yang berdiri. Dengan demikian akan terjadi seleksi alam, bus-bus yang kurang nyaman akan ditinggalkan oleh penumpangnya, sehingga semua berlomba-lomba untuk membuat bus-bus semakin nyaman dan aman, bila perlu di setiap bus ada seorang penjaga seperti Satpam, jadi jangan coba-coba untuk mencopet di bus umum.

Tulisan saya ini hanya sebagai suatu ide awal saja, tentunya teknis pelaksanaannya mungkin masih banyak pakar-pakar di Departemen Perhubungan yang jauh lebih tahu dari saya. Kalau saya terlalu detail, selain orang juga bosan membacanya, saya juga takut dipanggil ke Cikeas untuk dimasukkan dalam daftar yang akan diseleksi oleh Bapak SBY. Bisa kacau urusannya, mau saya tolak nanti dikira sombong, mau diterima nanti tidak enak dengan partai-partai koalisi pendukung SBY-Boediono, kan jadi buah simalakama.

Senin, 10 Agustus 2009

Rumah Masa Depan (Bagian II)

Pada tanggal 25 Juli 2009 yang lalu, Tante kami (Siko) telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Sesuai dengan tulisan saya sebelumnya bahwa kami sudah mempersiapkan "Rumah Masa Depan" untuk Siko, yakni di Sandiego Hills Memorial Park, Kerawang. Tepatnya di kapling creation Hammingbird Blok J27 No. 5.

Pada tanggal 28 Juli 2009, yakni hari pemakaman Tante kami (Siko) di Sandiego Hills Memorial Park, yang dihadiri oleh saudara dan sanak keluarga dari Tan (Tan Family) yang berangkat dari Rumah Duka Siloam dengan iring-iringan 7 buah mobil.

Setelah pemakaman kami makan bersama di aula kantor pemasaran dan dilanjutkan dengan foto-foto di taman dengan pemandangan yang sangat indah, danau, kolam renang, rerumputan hijau seperti lapangan golf yang notabene adalah kuburan yang dibuat dengan kesan yang tidak menyeramkan seperti kuburan-kuburan tradisional pada umumnya, gundukan tanah yang tinggi, batu nisan yang besar-besar, ada pohon-pohon kamboja yang kadang membuat bulu kuduk berdiri.

Pada tanggal 31 Juli 2009 tepatnya hari ketujuh meninggalnya Tante kami (Siko), kami meninjau kembali "Rumah Masa Depan" Siko. Ternyata taburan-taburan bunga pada waktu pemakaman sudah berganti dengan tanaman rumput golf.

Tante kami (Siko) pada masa hidup tidak pernah sekalipun menyinggung tentang "Rumah Masa Depan" untuk dirinya, karena memang semangat hidup beliau sangat tinggi, dia berjuang melawan penyakitnya sekitar 9 bulan setelah divonis dokter mengidap penyakit tumor/kanker pankreas. Beliau hampir tidak mau terima kenyataan bahwa penyakitnya sudah tidak bisa disembuhkan lagi, kecuali melalui operasi, namun mengingat usianya yang sudah tua akan sangat riskan untuk melakukan tindakan operasi selain tentu masalah biaya yang sangat besar pula. Beliau berharap ada mujizat dari Yang Maha Kuasa sambil minum Ginseng selama kurang lebih 6 bulan. Hingga sekitar 3 bulan sebelum meninggal beliau masih aktif menghadiri Gereja pada hari Minggu bersama dengan keluarga Om dan Tante kami yang lain, yang juga adalah adiknya.

Menurut penganut Kristen yang kami tahu bahwa ada istilah "tanah kembali ke tanah", selain itu Tante kami (Siko) agak kurang menyetujui orang yang sudah meninggal dilakukan kreamasi (dibakar), sehingga kami menyiapkan "Rumah Masa Depan" yang tanpa melalui pesanan dari beliau yang menurut kami sudah sangat layak tempatnya.

Ada juga Om dan Tante kami yang tinggal di daerah Batu Ceper menganggap setelah meninggal apapun bentuk bakti dari anak sudah tidak berguna, yang penting adalah bakti anak semasa hidup. Jadi agar tidak menyusahkan anak, mereka berpesan kepada anak-anaknya kalau nanti mereka sudah meninggal agar dikreamasi saja dan abunya dibuang ke tengah lautan.

Memang kalau orang dulu-dulu bisa dianggap pamali, amit-amit jabang bayi (ho lai phai khi / tai kak li si), beli kuburan untuk mempersiapkan kematian, akan tetapi sekarang sudah biasa. Namun menurut saya mempersiapkan "Rumah Masa Depan" oleh anak kepada orang tuanya yang sudah tua mungkin tidak ada salahnya, akan tetapi mempersiapkan "Rumah Masa Depan" oleh kita sendiri yang diperuntukan kita sendiri nantinya dengan memilih lokasinya, view-nya mungkin rasanya tidak terlalu penting.

Atasan saya pernah mengajak saya membeli "Rumah Masa Depan" di Sandiego Hills juga, saya katakan belumlah Bu, belum saya pikirkan. Apa yang dikatakan atasan saya waktu itu saya masih ingat, "tapi suatu hari kamu akan mati juga kan ?" Bahkan atasan saya membeli sampai 4 kapling untuk dirinya. Katanya kalau dia tidur tangannya bisa bebas bergerak, kalau cuma 1 m x 2,6 m bagaimana bisa bebas menggerakkan tangan. Beberapa rekan kantor saya juga ikut bersama atasan saya membeli di sana, katanya supaya bisa tetap berdekatan (bertetangga). Jadi masih bisa ketemu lagi setelah masing-masing sudah meninggal. Saya sedikit geli juga mendengarkan alasannya. Kan jasad orang itu dimasukkan dalam peti kayu yang sudah ditutup rapat dengan skrup/paku. Peti kayu dimasukkan lagi ke lubang yang terdapat sebuah peti batu, setelah itu peti batu itu ditutup, baru kemudian ditimbun tanah. Kalau begitu, tetap saja tidak bisa bebas bergerak, bahkan tidak ada udara, atau mungkin orang yang sudah meninggal tidak lagi butuh udara, karena sudah tidak lagi bernafas. Akan tetapi kalau orang yang sudah meninggal dan sudah dikubur masih bebas bergerak ke sana ke mari, untuk apa juga tidur di dalam peti kayu, kan bisa tidur di samping danau atau di mana saja. Kalau kita beranalogi orang yang sudah meninggal dan sudah dikubur di dalam tanah masih seperti orang dalam kehidupan dunia nyata tentunya sudah tidak nyambung lagi.

Ada juga yang bilang, orang yang menjadi suami istri di kehidupan sekarang, setelah masing-masing sudah meninggal sudah tidak saling kenal lagi di alam sana. Jadi untuk apa juga "Rumah Masa Depan" harus saling berdekatan. Ada lelucon dari istri saya, katanya kalau nanti kita masing-masing sudah meninggal, kan kita sudah tidak saling kenal. Dan ceritanya istri saya sudah kawin dengan orang kaya dan kebetulan saya yang menjadi supirnya. Dia melihat saya sepertinya sudah pernah kenal, lalu dia selingkuhlah dengan supirnya, yakni saya. Walaupun hanya sekedar lelucon, tetapi saya senang juga mendengarnya. Artinya dia tidak kecewa bersuamikan saya, bahkan kalau sampai tidak bersama saya di kehidupan yang akan datang, walaupun dia sudah menjadi orang kaya sedangkan saya hanya seorang supir, dia masih memikirkan saya dengan jalan menempuh jalur selingkuh agar kita tetap bisa bersama.

Rumah Masa Depan (Bagian I)

Hari Minggu tanggal 22 Pebruari 2009 yang lalu, saya bersama dengan istri, Om dan Tante (Atio & Seko) ke Kerawang. Tujuan kami adalah untuk melihat-lihat kapling tanah untuk "Rumah Masa Depan" buat Tante kami yang lain (Siko) yang saat itu sedang sakit.

Kami masuk ke kawasan Sandiego Hills Memorial Park sebagai kawasan yang masih relatif agak baru. Menurut salah seorang marketing executive-nya, bahwa saat ini baru dikembangkan seluas 50 hektar dari rencana keseluruhan 500 hektar. Kawasan yang tertata sangat rapi jauh dari kesan kuburan. Orang yang tidak tahu mungkin dikira lapangan golf yang lengkap dengan country club-nya. Ada danau, ada kolam renang, gedung pertemuan, restoran, toko bunga dan lain-lain.

Untuk type yang standar adalah lokasi yang dinamakan dengan creation dengan ukuran 1m x 2,6m. Harganya berkisar antara dua puluhan sampai tiga puluhan juta rupiah sebelum discount. Discount tergantung cara pembayarannya, karena bisa juga dengan cara kredit. Saya tidak tanya istilahnya kalau cara pembayaran secara kredit, mungkin kalau kita kreatif memberikan singkatannya adalah "KPK" (Kredit Kepemilikan Kuburan), karena tanahnya adalah bersertifikat hak milik.

Harga juga bisa ditentukan oleh letak tanahnya, view yang berbeda harganya juga berbeda. Tanah yang view-nya menghadap ke danau lebih mahal. Pada saat kita tanya untuk yang dekat ke danau, katanya sudah terjual habis 100%. Untuk posisi yang lebih tinggi dekat dengan pohon-pohon di atas bukit, katanya juga sudah terjual habis.

Penomoran juga menentukan harga, untuk nomor cantik seperti 7, 8 dan 9 harganya lebih mahal, dan tidak terdapat nomor 4 karena angka 4 dalam pengucapan bahasa Mandarin adalah Se atau dalam dialek Hokkian adalah Si, yang bisa berarti mati. Jadi orang yang sudah mati saja dianggap masih takut akan angka 4 (mati), atau bisa diartikan orang yang sudah mati masih takut mati, padahal memang sudah mati.

Semua kuburan dalam bentuk flat (rata), untuk yang sudah terisi, tanah dan rumputnya agak sedikit lebih tinggi (± 3 cm), sehingga kita bisa membedakan yang sudah terisi (sudah dihuni) dengan yang belum terisi (belum dihuni).

Semua kuburan 1m x 2,6m langsung nempel dengan tetangga di sebelahnya dan suatu saat semua sudah terisi penuh, maka bagi saudara yang datang untuk berziarah harus berjalan di atas garis di antara kuburan, karena kalau tidak akan sedikit menginjak kuburan tetangga.

Pada saat kita tanyakan yang paling dekat dengan jalan (di pinggir jalan) katanya masih tersedia cukup banyak, dan masih terdapat sisa tanah antara 1/2 sampai 1 meter dari saluran air (got) di pinggir jalan. Ternyata menurut lanscap-nya posisi kepala ada di bawah (menghadap ke bukit). Mungkin sengaja untuk kita tidak memanfaatkan tanah yang kurang dari 1 meter di pinggir jalan untuk berdiri, supaya tidak longsor karena sering diinjak.

Dengan hanya tersisa beberapa posisi yang cukup baik yang ditunjukkan oleh marketing executive-nya, akhirnya kami memutuskan mengambil satu kapling di Hammingbird blok J27 No. 5, itulah "Rumah Masa Depan" untuk Tante kami (Siko).

Sabtu, 16 Mei 2009

Terima Kasih Tuhan

Saya pernah mendengar sebuah cerita tentang mimpi seorang anak yang bertemu dengan seorang Malaikat. Malaikat ini mengajak anak ini jalan-jalan ke surga. Di surga anak ini diajak Malaikat mengunjungi sebuah ruangan yang penuh dengan para Malaikat yang sedang sibuk. Anak itu lalu bertanya kepada Malaikat,"Bapak, ruang apakah ini, mengapa semua Malaikat begitu sibuk ?" "Ini adalah ruang penerimaan permohonan, banyak sekali permohonan yang diajukan oleh manusia di dunia", jawab Malaikat itu.

Kemudian anak itu diajak ke ruang yang lain yang lebih besar lagi dan dipenuhi oleh para Malaikat yang juga terlihat sangat sibuk. Ada yang sibuk mengepak-ngepak barang. Sebelum anak itu bertanya, Malaikat itu menjelaskan kepada anak tadi, "Nah ini adalah ruangan untuk pengiriman atas permohonan manusia di dunia, karena permohonan manusia begitu banyak, sehingga yang harus dikirimkan ke dunia juga sangat banyak".

Akhirnya anak tadi diajak Malaikat itu ke sebuah lorong kecil dimana di ujung lorong terdapat sebuah ruangan kecil dan hanya dijaga oleh seorang Malaikat di sana. Anak itu terheran-heran, mengapa hampir tidak ada kegiatan apapun di ruangan tersebut. Malaikat yang menjaganya hanya duduk termenung. Lalu anak itu bertanya, "Bapak, ruang apakah ini, mengapa di sini hanya ada satu Malaikat yang menjaga dan tidak terlihat sibuk seperti di dua ruangan yang tadi kita lalui ?" Bapak Malaikat mengatakan, "Ini adalah ruang penerimaan ucapan terima kasih. Memang banyak sekali permohonan manusia kepada Tuhan, dan Tuhan hampir selalu mengabulkan permohonan manusia sesuai dengan amal dan perbuatannya, namun banyak sekali manusia yang lupa mengucapkan terima kasih".

Anak itu lalu bertanya lagi, "Jadi bagaimana cara kita berterima kasih kepada Tuhan ?" "Cukup katakan terima kasih Tuhan", jawab Malaikat itu. Anak tadi kembali bertanya, "Bagaimana kita mensyukuri nikmat Tuhan ?" Malaikat itu menjelaskan bahwa banyak sekali manusia tidak menyadari betapa beruntungnya menjadi seorang yang dikaruniai kesehatan yang baik, bebas dari rasa takut akan peperangan, memiliki pakaian yang layak untuk melindungi tubuhnya, memiliki keluarga yang kita cintai, memiliki tempat berlindung yang layak, dapat menikmati hidangan di pagi, siang dan malam hari. Jadi jangan lupa kita untuk bersyukur bahwa kita masih jauh lebih beruntung dari orang-orang yang saat ini sedang sakit, negaranya diliputi peperangan, keluarganya tidak utuh, rumahnya dilanda bencana, tidak memiliki tempat untuk berteduh yang layak, tidak dapat menikmati pendidikan atau putus sekolah karena keterbatasan biaya, bahkan masih banyak orang di dunia ini yang dilanda kelaparan. Bukankah kita masih jauh lebih beruntung dari jutaan umat manusia di dunia ini.

Anak itu terbangun dari tidur, lalu mengucapkan "Terima kasih Tuhan, Engkau telah memberikan kesempatan kepadaku untuk menikmati sinar matahari pagi ini, saya masih ingin menikmati sinar matahari esok, izinkanlah saya untuk menikmatinya Tuhan".

Oh, ya Tuhan, izinkan juga saya untuk berhubungan dengan teman-teman di dunia nyata dan dunia maya (Facebook), izinkan saya memiliki inspirasi untuk menulis di blog ini, izinkan orang-orang membaca blog saya ini, izinkan saya memperoleh sesuatu sesuai dengan harapan saya hari ini. Terima kasih Tuhan atas terkabulnya permohonan saya ini ! Amien.....!!!

Sabtu, 02 Mei 2009

Apa Yang Kita Pikirkan Tentang Kura-Kura ?

Kalau kita mendengar kata kura-kura, apa yang paling pertama kita pikirkan tentang binatang ini ? Jawabannya adalah L A M B A T, kalau binatang ini ada di darat. Kita tidak pernah melihat kura-kura berlari dengan kencang, kalau dia dikejar sekalipun, dia tidak pernah berlari, paling-paling dia hanya menyembunyikan kepalanya di dalam tempurung yang dia bawa kemanapun dia pergi.

Alkisah ada sekelompok kura-kura yang hendak pergi bertamasya. Keputusan bulat untuk benar-benar mewujudkannya baru terjadi setelah 7 tahun lamanya.

Pada hari yang sudah ditentukan, maka berangkatlah sekelompok kura-kura itu dengan membawa berbagai bekal dan perlengkapan yang dibutuhkan ke tempat yang belum mereka putuskan. Dibutuhkan waktu selama 2 tahun mereka baru menemukan tempat yang cocok untuk dijadikan tempat wisata mereka, yakni di dekat sebuah danau. Maka mereka meletakkan semua barang bawaannya dan mulailah mereka membersihkan tempat tersebut.

Pada saat akan diadakan makan siang bersama, mereka baru menyadari bahwa ternyata ada makanan yang sangat pokok yang tertinggal di rumah. Maka diputuskan diadakan pengundian siapa yang harus kembali ke rumah untuk mengambil makanannya itu. Ternyata hasil pengundian jatuh kepada kura-kura yang paling kecil. Kura-kura kecil ini pun terpaksa harus setuju untuk pulang ke rumah, namun dia mengajukan satu syarat. Dia mengatakan "OK, saya akan pulang, akan tetapi acara makan siang bersama ini harus menunggu sampai saya kembali ke sini". Semua kura-kura menyatakan setuju bahwa acara makan siang bersama ini ditunda sampai kura-kura kecil kembali lagi.

Satu bulan, dua bulan, tiga bulan akhirnya berlalu, semua kura-kura masih sabar menunggu. Suatu ketika di bulan yang ke-empat seekor kura-kura menyatakan pendapatnya karena sudah tidak tahan lagi menahan lapar. "Bagaimana kalau kita makan saja dulu, tidak perlu menunggu sampai kura-kura kecil kembali, kita semua pasti sudah lapar bukan ?" Akhirnya semua kura-kura setuju makan siang bersama akan diadakan tanpa menu utama yang akan dibawa oleh kura-kura kecil dari rumah.

Pada saat akan makan terdengar teriakan dari belakang pohon. "Hei..........! Mengapa kalian mengingkari janji, bukankah kalian sudah setuju menunggu saya kembali dulu baru boleh makan ? Untung saja saya belum berangkat, kalau saja saya sudah berangkat, pasti saya sudah dibohongi oleh kalian semua."

Ternyata selama hampir empat bulan kura-kura kecil itu hanya bersembunyi dan menunggu di balik pohon sambil menjaga jangan-jangan semua kura-kura akan makan pada saat dia dalam perjalanan pulang ke rumah.

Manusia pun kadang-kala memiliki satu sifat yang hampir sama dengan sifat kura-kura di atas. Selalu menunggu dan menunggu. Selalu menunggu orang lain berbuat untuk kita terlebih dahulu. Suatu keputusan yang harus dijalankan bersama, kalau bisa orang lain dulu yang memulai, kita tinggal ikut di belakangnya.

Jadi apa yang sudah kita pikirkan kemarin untuk kita melangkah ke depan, apakah sudah kita putuskan untuk segera memulainya atau kita masih akan menunggu sampai tahun depan ? Haruskah kita menunggu orang lain dulu yang memulainya ? Keputusan kita kemarin menentukan hidup kita hari ini, dan keputusan hari ini menentukan hidup kita esok.

Selamat kepada anda yang sudah berinisiatif memulainya dan semoga sukses !
Saya akan menunggu dan kalau memungkinkan saya akan ikut anda dari belakang, OK !

Kamis, 23 April 2009

Bersikap 3 TIF

Dua minggu terakhir ini masalah politik seputar Pemilu banyak sekali dibahas di berbagai media. Di kantor, di lingkungan tempat tinggal, di warung makan, di kedai kopi sampai dengan di pasar-pasar, setiap orang membahas masalah politik terlepas dari mengerti maupun hanya ikut-ikutan saja. Orang yang membahas seputar Pemilu juga tidak kalah serunya, kadang-kadang sampai setengah berteriak, seperti orang sedang menonton pertandingan sepak bola, adakalanya orang diluar lapangan kelihatan lebih pintar dari yang sedang bermain, komentarnya pun macam-macam. Misalnya "Ah... bego kali, gitu aja ngak masuk !"

Memang sangat menarik untuk disimak gonjang-ganjing seputar Pemilu karena setiap detik selalu berubah. Kemarin kita mendengar berita Partai A akan berkoalisi dengan Partai B, hari ini Partai A akan berkoalisi lagi dengan Partai C, lalu besoknya Partai B mau pisah dari Partai A gara-gara Partai A menggandeng Partai C. Waduh lama-lama kita ikutan pusing juga, para politisi seperti sedang isi teka-teki silang saja, isi kolom mendatarnya sudah cocok, giliran isi kolom menurunnya ternyata tidak cocok dengan kolom mendatarnya.

Lebih baik kali ini saya tidak menulis seputar politik saja takut para pembaca jadi bosan, politik memulu. Jadi saya mencoba menceritakan apa yang saya dengar di radio yang saya anggap cukup menarik. Kemarin waktu pulang dari kantor, saya mendengarkan radio Trijaya FM dalam acara Life Excellance bersama Jamil Azzaini. Saya tidak mendengarkan dari awal, akan tetapi kesimpulan akhirnya masih sempat saya dengarkan. Kalau tidak salah topiknya "menciptakan kemuliaan di tempat kerja". Saya mencoba menceritakan kembali di sini, mungkin tidak sesempurna yang beliau bawakan, akan tetapi mungkin masih bermanfaat bagi yang belum mendengarkan dan bermanfaat bagi diri saya sendiri agar tidak lupa begitu saja setelah mendengarkan.

Menurut beliau bahwa untuk menciptakan kemuliaan di tempat kerja harus ada 3 sikap tif, yakni bersikap positif, produktif dan kontributif. Saya mencoba menguraikan ke-3 tif ini menurut versi saya.

Bersikap Positif
Inti dari bersikap positif adalah selalu bersyukur serta melihat segala sesuatu dari sisi baiknya. Ada orang yang merasa sangat tidak nyaman dengan pekerjaannya dan lingkungan kerjanya sehingga membanding-bandingkan dengan pekerjaan orang lain, gajinya lebih besar, mobilnya lebih bagus dan sebagainya. Selalu melihat rumput di halaman tetangga lebih hijau dari rumput halaman rumahnya. Padahal dengan memiliki pekerjaan saja, kita sudah sangat beruntung dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki pekerjaan atau yang terkena PHK, apalagi dalam kondisi ekonomi dunia saat ini.

Bersikap Produktif
Dengan hanya bersikap positif saja tidaklah cukup, maka kita dituntut untuk bersikap produktif. Mungkin kita beranggapan bahwa kita harus menjadi sapi perah perusahaan jika kita dituntut untuk produktif. Sapi perah memang dituntut untuk menghasilkan susu, ayam petelur dituntut untuk bertelur. Jika sapi perah tidak menghasilkan susu atau ayam petelur tidak menghasilkan telur, maka sapi dan ayam itu sudah tidak berguna bagi peternaknya. Sebagai manusia kita juga dituntut untuk bisa menghasilkan. Apa yang dihasilkan oleh manusia ? Jawabannya adalah prestasi. Prestasi setiap orang berbeda-beda, setiap orang dapat memberikan prestasi terbaik sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Seorang yang bekerja di bagian Marketing dituntut untuk menjual produknya sesuai dengan target perusahaan. Seorang yang bekerja di bagian Accounting dituntut untuk membuat laporan keuangan perusahaan tepat pada waktunya. Begitulah hidup manusia, memang sudah seharusnya kita menghasilkan suatu prestasi, untuk itulah kita dibayar sebagai imbalan atas prestasi kita.

Bersikap kontributif
Setelah kita bersikap positif dan produktif, maka kita perlu bersikap kontributif atau harus memberikan manfaat kepada orang lain. Mungkin kita berpikir jika kita memberikan manfaat kepada orang lain, apakah orang lain membalas memberikan manfaat juga kepada kita. Kalau kita masih terus menerus mengejar manfaat untuk diri sendiri, maka kita masih belum bisa bersikap kontributif. Dalam kita memberikan kontribusi kepada orang lain, sebisa mungkin kita jangan mengharapkan balasan apapun dari yang kita berikan. Inti dari pada bersikap kontributif adalah melayani, jadi tidak harus selalu dalam bentuk uang ataupun materi secara fisik. Kontribusi yang kita berikan dalam bentuk apapun juga asal memberikan manfaat kepada orang lain akan mendapatkan balasan dari Yang Maha Kuasa.

Saya terkesan dengan ucapan seorang aktor, Jet Li pada suatu acara penghargaan beberapa waktu yang lalu di suatu stasiun TV. Dia mengatakan "Ke Chu Chi Tek Ciu Se Wa Men Tek". Artinya sesuatu yang telah diberikan keluar itulah sesungguhnya milik kita. Misalnya kita memberikan sebuah jam tangan kepada orang lain, mungkin kita sudah tidak ingat lagi pemberian kita itu, akan tetapi karena jam tangan itu dipakai oleh orang yang menerimanya, dia akan selalu mengingat akan pemberian kita itu. Apalagi pemberian-pemberian yang memang sangat bermanfaat bagi orang-orang yang sedang membutuhkan.

Dengan memberikan kontribusi manfaatnya tidak hanya dirasakan orang yang menerima akan tetapi juga bermanfaat bagi orang yang memberi. Mudah-mudahan dengan menceritakan hal-hal yang baik saya juga dapat berkontribusi. Apalagi setelah anda membaca blog saya ini dapat menggugah hati anda untuk juga berkontribusi kepada orang lain yang barangkali sedang menunggu uluran tangan anda.

Kamis, 16 April 2009

Bagaimana Agar Warga Tidak Terdaftar Dalam DPT Dapat Menggunakan Hak Pilihnya

Jika anda ikut mencontreng pada Pemilu Legislatif pada tanggal 9 April yang lalu, berarti sudah 1 minggu berlalu, mungkin di antara anda jarinya masih terdapat sisa-sisa tinta yang belum sepenuhnya hilang, terutama pada bagian kuku.

Ini membuktikan bahwa tintanya memang cukup tahan, kecuali kita berusaha membersihkannya dengan chemical atau dengan mengkikis kuku kita dari sisa-sisa tinta Pemilu.
Kita mendengar banyak sekali pembicaraan tentang ketidakpuasan atas penyelenggaraan Pemilu Legislatif yang lalu terutama mengenai Daftar Pemilih Tetap (DPT), terutama dari kalangan parpol dan caleg yang jumlah perolehan suaranya menurun atau yang tidak sesuai dengan harapan mereka. Ada yang mengatakan jumlahnya mencapai jutaan orang yang tidak dapat menggunakan hak pilihnya. Ironisnya di sisi lain banyak juga warga masyarakat yang sebenarnya terdaftar dalam DPT tetapi tidak mau menggunakan hak pilihnya (golput). Namun untuk yang golput tidak diblow-up seperti yang tidak terdaftar dalam DPT. Pada kenyataannya apakah ada suatu hitungan yang akurat mengenai jumlah warga yang berhak memilih namun tidak terdaftar dalam DPT, apakah benar jumlahnya ada jutaan orang. Saya pribadi masih meragukan hal itu.

Kekisruhan mengenai DPT terjadi karena data yang digunakan adalah data penduduk yang berhak menggunakan hak pilih pada tanggal 5 April 2008. Jadi ada beda waktu selama 1 tahun sampai dengan tanggal pemungutan suara tanggal 9 April 2009. Tentunya ada penduduk yang pada tanggal 5 April 2008 belum berhak untuk menggunakan suaranya, sedangkan pada tanggal 9 April 2009 sudah berhak. Hal ini yang mungkin tidak diantisipasi oleh KPU. Bagaimana untuk pemilih pemula baru yang akan muncul setelah 5 April 2008 sampai dengan tanggal pemungutan suara pada 5 April 2009.

Ada tokoh dari parpol yang mengatakan bahwa Pemilu Legislatif kemarin merupakan Pemilu terburuk sepanjang sejarah Pemilu di Indonesia. Mungkin pernyataan-pernyataan yang terlalu ekstrim dan kurang bertanggung jawab jika kita melempar semua kesalahan kepada pemerintah dan KPU tanpa memberikan suatu solusinya, terutama untuk menghadapi Pemilu Presiden pada tanggal 8 Juli 2009 mendatang. Bahkan ada yang mengaitkan perolehan suara yang menurun dengan masalah kekisruhan DPT. Ada anggapan bahwa KPU telah memihak kepada partai tertentu. Yang menjadi pertanyaan saya adalah, apakah ada korelasinya ? Apakah KPU maupun pemerintah tahu secara persis setiap warga yang akan memilih partai tertentu, sehingga tidak didaftarkan dalam DPT. Menurut saya itu hanya untuk mencari kambing hitam semata. Saya melihat banyak caleg dan partai yang terlalu percaya diri dengan memasang target dan harapan yang terlalu tinggi, sehingga pada saat mengetahui perolehan suaranya tidak sesuai dengan harapan seakan-akan tidak percaya dan tidak dapat terima kenyataan.

Menurut saya penyelenggaraan Pemilu kemarin terbilang cukup sukses dan berjalan lancar, terutama dari segi stabilitas dan keamanan. Terbukti dengan membaiknya bursa saham kita yang menunjukkan ke arah perbaikan dengan naiknya IHSG ke level sekitar 1.600 dan kurs Rupiah terhadap beberapa mata uang asing yang terus membaik, terutama terhadap Dollar Amerika yang sudah menguat di bawah Rp. 11.000/USD, dan ada kemungkinan ditarik sampai di kisaran Rp. 10.000 - 10.500/USD.

Memang perlu diadakan pembenahan lagi mengenai DPT, seperti yang dikatakan oleh Presiden SBY, bahwa perlu adanya pembenahan lebih lanjut mengenai DPT terutama untuk menghadapi Pemilu Presiden nanti. Pemutakhiran data-data pemilih perlu sesegera mungkin dilakukan oleh KPU berdasarkan laporan-laporan yang masuk ke Bawaslu.

Sebagai orang awam, saya melihat sebenarnya kekisruhan mengenai DPT tidak perlu sampai terjadi. Pemungutan suara dilakukan mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 12.00 waktu setempat. Biasanya pemilih akan datang pada saat awal pemilihan antara 07.00 sampai dengan pukul 10.00. Sedangkan pada pukul 10.00 ke atas biasanya mulai agak sepi. Sebaiknya warga setempat yang tidak terdaftar dalam DPT akan tetapi memang berhak dengan dibuktikan KTP dan KK dapat diberikan kesempatan untuk memilih mulai pukul 11.00 sampai dengan pukul 13.00, toh jumlahnya juga tidak akan terlalu banyak dibandingkan dengan sisa kertas suara bagi warga yang golput. Tentunya pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT ini akan dicatat dalam daftar tersendiri dan disaksikan oleh para saksi di TPS-TPS setempat. Jika dikhawatirkan orang memilih sampai 2 kali, kan jarinya sudah dicelupin tinta, bila perlu untuk pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT, jarinya dicelupin tinta sampai 2 jari untuk membedakan dengan pemilih yang mendapat undangan untuk memilih dan terdaftar dalam DPT.

Jika ada warga yang hendak memilih di 2 TPS yang berbeda, tentunya waktu yang disediakan juga sangat terbatas belum lagi membersihkan tinta Pemilu yang masih segar dan tertempel di 2 jari, tentu bukan hal yang mudah. Apakah ada orang yang kurang kerjaan hanya untuk menambah 1 suara sampai harus berkorban mengkikis jarinya dari tempelan tinta Pemilu sampai kulit mengelupas, memangnya dibayar berapa oleh parpol.

Mudah-mudahan KPU segera dapat membenahi masalah DPT ini dan mencarikan jalan keluar terbaik untuk penyelenggaraan Pemilu Presiden pada tanggal 8 Juli 2009 nanti. Harapan kami tentunya pelaksanaan Pemilu dapat berjalan dengan sukses, aman dan damai.

Senin, 06 April 2009

Hidup Sehat

Berkenaan dengan Hari Kesehatan Sedunia yang jatuh pada tanggal 7 April, saya mencoba berbagi sedikit tip hidup sehat yang saya baca dan saya dengar dari orang-orang bijak.

Beberapa waktu yang lalu, pada saat saya makan siang, saya membaca suatu pedoman hidup yang tertempel di dinding restoran, berbunyi :
"Kekuatan yang paling menyegarkan jiwa adalah agama yang sehat, tidur, musik dan ketawa.
Percayalah kepada Tuhan.
Belajarlah tidur yang pulas.
Gemarilah musik yang indah.
Lihatlah segi kehidupan yang menyenangkan.
Maka hidup anda akan sehat dan bahagia."

Beberapa hari yang lalu, saat kami diajak makan siang dengan Pak Johan Yoranouw dan team-nya dari KAP Johan Malonda, kami berbicara mengenai cara hidup sehat. Saya mengutarakan hal tersebut di atas kepada Pak Johan. Dengan cepat Pak Johan menanggapinya dengan mengatakan "koq tidak menyebutkan makan, padahal makan kan juga penting." Pernyataan Pak Johan memang benar, bagaimana bisa sehat dan bahagia, kalau kita tidak makan dan minum, tentunya makanan dan minuman yang sehat juga.

Saya menerima beberapa tip hidup sehat yang dikirimkan oleh Pak Johan beberapa hari yang lalu. Dalam pedoman hidup sehat cara Pak Johan, yang cukup penting juga adalah olah raga.

Jadi dua hal yang belum ditambahkan dalam pedoman hidup sehat yang saya baca di dinding restoran itu adalah makan dan minum yang sehat serta olah raga yang teratur. Yang mengherankan adalah di restoran koq tidak ditonjolkan masalah makan sebagai unsur penting dalam hidup.

Dari setiap unsur di atas, masing-masing memegang peranan yang sama pentingnya. Kita tidak dapat menghilangkan salah satu unsur, misalnya musik atau ketawa. Mungkin orang akan mengatakan bagaimana disuruh ketawa, kalau kita sedang sedih, bagaimana kita bisa menikmati musik yang indah, kalau kita tidak lagi mood. Kita boleh sedih, kecewa, kita juga boleh marah akan tetapi jangan lama-lama bersedih, kecewa jangan sampai frustasi justru harus cepat bangkit kembali, marah juga jangan terus menerus, emosi juga harus dapat kita kendalikan.

Mari kita berpikir lebih positif agar hidup ini menjadi lebih sehat dan menyenangkan !!!

Kamis, 19 Maret 2009

Pemilu Presiden Cukup Satu Putaran

Sebentar lagi kita akan menghadapi Pemilu, yang puncaknya adalah pemilihan presiden secara langsung untuk kedua kalinya di negeri ini. Sekarang ini sedang memasuki masa kampanye terbuka. Kita melihat partai-partai besar sedang memainkan manuver-manuver politiknya dengan berbagai penjajakan awal dalam rangka koalisi. Ujung-ujungnya adalah pembagian kekuasaan di dalam pemerintahan. Yang tidak masuk di dalam pemerintahan menamakan diri sebagai oposisi yang notabene adalah "musuh pemerintah".

Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga yang relatif masih agak baru, masih jauh dari contoh negara demokrasi terbesar Amerika Serikat. Ketika Abraham Lincoln bersaing dengan Edwin M. Stanton pada pemilu di Amerika Serikat tahun 1861, Stanton menjadikan Abraham Lincoln sebagai musuh dengan memfitnah untuk menjatuhkan Abraham Lincoln. Namun ketika Abraham Lincoln menang dan menjadi Presiden Amerika Serikat ke-16, dia mengangkat Stanton untuk posisi yang sangat strateris sebagai Menteri Peperangan (Secretary of War). Stanton menjadi teman yang sangat setia kepada Abraham Lincoln. Itulah cara Abraham Lincoln dalam menaklukkan musuh dengan menjadikannya sebagai teman.

Kita juga masih ingat akan pemilu presiden Amerika Serikat tahun 2008 yang baru lalu. Barack Obama bersaing dengan Hillary Rodham Clinton untuk memperebutkan kursi calon presiden dari Partai Demokrat. Ketika Hillary kalah dari Obama, Hillary mengajak para pendukungnya untuk mendukung Obama dalam bersaing dengan calon dari Partai Republik, Jhon McCain. Barack Obama akhirnya menang dan menjadi presiden Amerika Serikat yang ke-44 yang sekaligus sebagai presiden kulit hitam yang pertama di Amerika Serikat. Dan Hillary diajak bergabung dalam kabinetnya menjadi Menteri Luar Negeri. Seorang calon presiden yang juga mantan First Lady Amerika Serikat mau menerima jabatan sebagai Menteri Luar Negeri.

Kita masih perlu banyak belajar jika ingin menjadi negara demokrasi yang sesungguhnya. Kebesaran hati dari orang-orang tersebut di atas sangat patut kita jadikan contoh untuk proses demokrasi di negara kita. Di negara kita kalau sudah menjadi presiden atau calon presiden, kalau sudah kalah tetap tidak mau menjadi wakil presiden apalagi cuma menteri. Saya membayangkan betapa kuat negara kita jika semua pemimpin partai, para calon presiden bergabung bersama-sama membangun negeri ini sesuai dengan bidang kemampuan masing-masing.

Tanpa mengecilkan partai-partai baru dan partai menengah pada pemilu tahun 2004. Kita ambil dari 2 partai terbesar pada pemilu 2004 yakni Partai Golkar dan PDIP serta partai pendukung utama pemerintah sekarang yakni Partai Demokrat. Misalkan ketiga partai tersebut masih mendapatkan suara yang cukup besar yakni menjadi 3 besar, maka Yusuf Kalla, Megawati dan SBY akan bersaing memperebutkan kursi presiden. Yang menang menjadi presidennya, yang nomor dua menjadi wakil presiden, sedangkan yang nomor 3 menjadi Menteri Koordinator. SBY memiliki kemampuan di bidang politik, keamanan dan diplomasi luar negeri cocok untuk Menko Polkam, Megawati yang katanya memperhatikan rakyat kecil, menciptakan sembako murah cocok menjadi Menko Kesra, sedangkan Yusuf Kalla yang berlatar belakang saudagar yang sukses, pintar dalam dunia bisnis dan perdagangan cocok untuk Menko Perekonomian. Kalau Presiden dan Wakil Presiden tentu sudah dapat mengatur ketiga bidang tersebut dengan pembagian tugas kepada pembantunya sesuai bidang kemampuan masing-masing. Dengan cara seperti ini, wakil presiden tidak perlu satu paket dengan presidennya. Pemilu presidenpun cukup satu putaran saja, bahkan satu Menko juga secara otomatis langsung terpilih, yang penting sebelum pemilu presiden 3 partai terbesar melakukan koalisi dan kesepakatan terlebih dahulu.

Akan tetapi tentu hal ini agak sulit terjadi, karena tidak ada kebesaran hati dalam menerima kekalahan, masing-masing pemimpin masih menganggap dirinya yang terbaik, orang lain tidak akan sebaik dirinya. Kalau sudah kalah masih berusaha dengan berbagai upaya, menganggap terjadi kecurangan, menghendaki pemilu ulang, seperti yang terjadi dalam Pilkada Jawa Timur. Kalau sampai benar-benar kalah, lebih baik menjadi oposisi, merasa lebih terhormat. Itulah negara kita yang menjadi negara demokrasi nomor tiga terbesar dunia setelah Amerika Serikat dan India.

Kita sebagai rakyat yang awam persoalan politik, tidak terlalu mempermasalahkan siapa yang akan menjadi presiden dan wakil presiden, asalkan para pemimpin di atas benar-benar memperjuangkan nasib rakyat, bahu membahu bersama dengan jajaran kabinet serta wakil rakyat di parlemen membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik. Kita butuh pemimpin yang legowo, berhati besar, bijaksana, mulia dan adil terhadap semua rakyatnya. Gunakan hak pilih kita untuk memilih sesuai dengan hati nurani kita masing-masing.

Kamis, 19 Februari 2009

Diterimo Utawa Keterimo

Tulisan ini sebagai koreksi atas tulisan saya sebelumnya setelah mendapatkan koreksi dari rekan saya Mr. Redemptus. Filosofi Jawa menurut beliau yang benar adalah : "Wong pinter kalah karo wong duwe duit, wong duwe duit kalah karo wong bejo, wong bejo isih kalah karo wong keterimo." Artinya orang pintar kalah sama orang punya duit/kaya, orang kaya kalah sama orang beruntung, orang beruntung masih kalah sama orang keterima.

Kekeliruan dalam pemahaman saya terletak pada kata keterimo, dimana saya mengartikannya sebagai diterima. Rupanya ada perbedaan yang sangat mendasar antara keterimo dengan diterimo, sehingga tulisan saya menjadi sedikit melenceng dari filosofi Jawa yang beliau maksudkan. Arti kata wong keterimo rupanya adalah orang yang beruntung berkali-kali (hokinya gede).

Saya jadi teringat sebuah iklan Bank di radio, tentang untung berkali-kali. Dimana seorang ayah meminta anaknya memanggil kata "ayah" sangat sulit diucapkan oleh anaknya, setelah berusaha anaknya menyebut kata "eye-eye", ayahnya sangat senang lalu meminta anaknya untuk mencoba lagi, akan tetapi anaknya malah memanggil dengan "papa-papa-papa-papa" sampai berkali-kali. Mungkin kira-kira seperti itulah perbedaan antara kata bejo dengan kata keterimo, sama-sama datangnya dari Tuhan, bedanya yang satu beruntung hanya sekali-sekali, sedangkan yang satunya beruntung berkali-kali (selalu beruntung).

Sebenarnya filosofi Jawa di atas mengajarkan kita untuk tidak sombong/angkuh. Kalau kita sudah pintar bukan berarti kita bisa menang dari orang lain dalam segala hal, karena masih ada orang yang lebih hebat di atas kita. Filosofi ini juga ada di dalam filosofi Cina, "I San Hai Yui I San Kau", artinya sebuah bukit masih ada lagi bukit yang lebih tinggi.

Semula saya ingin menghapus tulisan saya sebelumnya, setelah saya pikir-pikir lebih baik saya tulis untuk mengkoreksi filosofinya saja. Kalau keterimo itu datangnya dari Tuhan, sedangkan diterimo (diterima) datangnya dari usaha keras kita supaya keterimo dan diterimo. Jadi tulisan saya yang sedikit menyimpang dari filosofi Jawa tadi dibiarkan saja untuk dijadikan pedoman hidup saya sendiri, toh tidak menyimpang dari kaedah dan prilaku manusia dalam pergaulan.

Jika kita memang tidak pintar, tidak juga kaya, lalu tidak mau berusaha, hanya berharap-harap menjadi wong bejo atau menjadi wong keterimo, maka harus dilihat apakah tabungan karma baik kita di masa lalu cukup atau tidak untuk menjadikan kita menjadi wong keterimo.
Dadi yen kepengen dadi wong diterimo utawa keterimo, pilihen dewe !!!

Selasa, 17 Februari 2009

Kalau Anda Bisa Memilih, Mau Menjadi Orang Pintar, Orang Kaya, Orang Beruntung Atau Menjadi Orang Yang Diterima ?

Tulisan ini terinspirasi oleh salah seorang rekan kerja saya pada saat makan siang kemarin. Rekan saya, Sdr. Redemptus mengatakan "bahwa orang yang bodoh akan kalah dengan orang yang pintar, orang yang pintar masih kalah dengan orang yang kaya, orang yang kaya masih kalah dengan orang yang beruntung, sedangkan orang yang beruntung masih kalah dengan orang yang diterima."

Jika kita benar-benar memahami dan mencermati kalimat di atas, maka ada benarnya juga. Kalau orang bodoh umumnya memang sering kalah dengan orang yang pintar, walau tidak semuanya karena faktor kaya, beruntung dan diterima tadi. Sedangkan orang yang pintar akan tetapi tidak kaya, sering juga kalah dengan orang yang kaya, karena orang kaya walau tidak pintar dapat membayar orang yang pintar sehingga seakan-akan orang kaya yang tidak pintar menjadi pintar dan selangkah lebih maju dari orang pintar yang tidak kaya. Namun adakalanya orang yang tidak pintar, tidak juga kaya bisa juga menjadi pemenang karena faktor keberuntungan. Yang namanya keberuntungan tidak selalu datang terus-menerus, sehingga orang yang beruntung menjadi pemenang juga hanya sekali-sekali. Untuk itu perlu menjadi orang yang diterima.

Orang yang kaya ada dua jenis, yang pertama adalah orang kaya karena faktor orang tua yang sudah kaya dan diwariskan kepadanya sehingga menjadi orang kaya, sedangkan yang kedua adalah orang yang sebelumnya tidak kaya lalu berusaha keras sendiri, berhasil dan menjadi orang kaya. Jadi untuk menjadi kaya tidak sepenuhnya dapat kita lakukan, adakalanya faktor nasib dan keberuntungan yang menentukan. Nasib baik kita dilahirkan di keluarga yang kaya, atau usaha keras kita berhasil karena dewa keberuntungan berpihak kepada kita.

Untuk menjadi orang yang beruntung juga tidak dapat kita lakukan sendiri, tetapi lagi-lagi datangkan dari Tuhan. Kita hanya bisa berusaha, akan tetapi keberuntungan bukanlah kita yang mengaturnya.

Jadi apa yang bisa kita perbuat ? Kalau di suruh untuk memilih, di antara menjadi orang yang pintar, orang yang kaya, orang yang beruntung atau orang yang diterima, mana yang anda pilih ? Tentunya pilihannya hanya boleh satu. Jika anda memilih menjadi orang yang pintar berarti harus menjadi orang yang tidak kaya, tidak beruntung dan tidak diterima, jika anda memilih orang yang kaya berarti anda harus terima resiko menjadi orang yang tidak pintar, tidak beruntung dan tidak diterima.

Hidup ini sebenarnya memang dihadapkan pada pilihan-pilihan. Takdir Tuhan tidak dapat kita merubahnya, kita dilahirkan sebagai pria tidak dapat kita merubahnya. Akan tetapi kita dapat merubah nasib kita. Jika kita dilahirkan di keluarga yang tidak kaya, bukan berarti kita tidak bisa menjadi kaya, kalau kita berusaha keras, tidak pasrah pada nasib awal kita, suatu saat dewa keberuntungan berpihak kepada kita, mungkin kita pun bisa menjadi kaya.

Bagaimana dengan orang yang diterima, apa maksudnya ? Kita mungkin bisa menjadi kaya, sekali-sekali kita mendapatkan keberuntungan, akan tetapi apakah kita termasuk orang yang diterima. Lalu bagaimana untuk menjadi orang yang diterima ?

Sebentar lagi negara kita akan menghadapi Pemilu. Banyak sekali caleg dan capres, cawapres yang mulai berkampanye "menjual diri" masing-masing. Apa gunanya kampanye, supaya orang tahu siapa mereka, apa yang dijanjikan kalau dia terpilih nanti. Intinya para caleg, capres, cawapres ingin menjadi orang yang diterima. Mungkin para caleg, capres, cawapres termasuk kelompok orang yang pintar, mereka umumnya juga cukup kaya dan tentu saja cukup beruntung bisa terdaftar sebagai calon. Hanya saja apakah mereka sudah cukup berbuat untuk negara dan bangsa ini untuk supaya diterima oleh masyarakat yang jauh lebih luas yakni mayoritas masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Jadi untuk menjadi orang yang diterima itu tidaklah gampang. Akan tetapi untuk menjadi orang yang diterima tidak tergantung kepada takdir dan nasib, namun kepada usaha kita masing-masing. Untuk menjadi orang yang diterima, tentu kita harus memiliki daya tarik tersendiri, berwibawa, santun, toleransi dan segala sifat baik menurut penilaian orang lain bukan penilaian kita sendiri. Tentukan ciri-ciri ini ada pada capres dan partai yang mana, ayo ?

Semoga anda menjadi orang yang pintar, gigih dan berjuang keras menjadi orang yang kaya, berdoalah kepada yang Maha Kuasa untuk mendapatkan keberuntungan. Yang terakhir tentunya semoga anda menjadi orang yang diterima disisi-NYA.

Senin, 16 Februari 2009

Berdamai Dengan Waktu

Setiap hari kita selalu merasa waktu mengejar-ngejar kita kalau kita yang mendahuluinya. Sedangkan pada saat kita ditinggal oleh sang waktu kita juga berusaha mengejar-ngejar dia. Dari kita bangun tidur di pagi hari, kita menghendaki waktu menunggu kita dalam mempersiapkan diri kita menuju ke suatu tempat, akan tetapi waktu terus menerus berdetak tanpa memperdulikan kita.

Andai saja waktu itu berhenti berdetak, maka segala sesuatu di dunia ini akan tampak abadi. Segala sesuatu akan diam termasuk manusianya. Jadi antara makhluk hidup dan benda mati tidak ada bedanya. Untuk itu waktu harus berdetak, walau kita diam.

Sebuah legenda kuno menceritakan tentang seorang malaikat di langit yang melakukan ritual pengorbanan pada Pencipta Alam Semesta. Pemujaannya sangat menyentuh Sang Pencipta, sehingga Ia mengatakan malaikat itu boleh meminta satu permintaan. Malaikat itu meminta keabadian. Sang Pencipta tampak bingung. Ia mengatakan bahwa ini adalah satu hal yang tidak bisa dikabulkan-Nya. "Semua hal", kata-Nya, "akan tertelan oleh waktu, bahkan ide-ide manusia tentang Tuhan dan Penciptaannya."

Mungkin kita sering mendengar orang mengatakan "nanti saya coba atur waktunya". Padahal apakah waktu itu bersedia untuk kita atur-atur. Waktu adalah tuan yang paling susah diatur. Kita berlari waktu tetap dengan santai sesuai dengan iramanya berdetak, pada saat kita diam, waktu tidak mau diam tetapi tetap saja berdetak dengan tenang. Namun pada saat kita fokus dan berkonsentrasi pada tugas bukan pada waktu, maka tugas itu akan selesai tepat pada waktunya atau bahkan lebih cepat dari yang kita bayangkan. Pada saat kita fokus pada tugas, seakan-akan waktu berhenti berdetak dan menatap kita.

Kita tidak sadar, sebenarnya kita selalu ditemani oleh sang waktu. Dia berada di mana-mana, dia sudah ada sejak kita belum ada, dia juga tetap ada walau kita sudah tiada. Kita sering ingin menguasai dan mengatur sang waktu, namun pada kenyataannya kita justru sering dikuasai dan diatur oleh sang waktu.

Waktu 1 jam akan berbeda bagi orang yang berbeda. Bagi orang yang sedang menunggu, waktu 1 jam akan terasa sangat lama, orang yang sedang mengejar waktu, 1 jam akan terasa sangat cepat.

Manajemen waktu sebenarnya bukanlah tentang mengatur waktu, akan tetapi tentang mengatur diri kita untuk menyesuaikan dengan sang waktu. Berlindunglah dalam waktu, berhentilah mengaturnya, berdamailah dengannya. Berdamai dengan waktu berarti berdamai dengan diri kita sendiri. Jika waktu kita sudah habis, dengan uang berapapun kita tidak dapat membeli waktu walau hanya sekejab. Bagi kita sendiri, waktu itu baru ada kalau kita ada, waktu itu dikatakan habis kalau kita sudah tiada. Jadi manfaatkanlah waktu kita dengan sebaik-baiknya sebelum waktu kita habis dan berhenti menemani kita.

Kamis, 05 Februari 2009

Ketika Garam Lebih Bernilai Dari Pada Intan Dan Permata

Konon ada satu cerita mengenai seorang raja yang mempunyai 3 orang anak putri. Pada suatu hari Sang Raja bertanya kepada ketiga anak putrinya, "putri-putriku apakah kalian sungguh menyayangi ayah ?"

Putri yang pertama berkata, "oh tentu saja ayah, saya sangat menyayangi ayah bagaikan menyayangi emas dan berlian yang indah". Putri yang kedua juga mengatakan hal yang hampir sama, "saya menyayangi ayah bagaikan menyayangi intan dan permata yang mahal". Sang Raja tertawa, beliau sangat senang dan bahagia setelah mendengar kata-kata kedua putrinya itu.

Giliran putrinya yang ketiga, mengatakan hal yang agak berbeda dengan kakak-kakaknya. "Saya juga menyayangi ayah bagaikan menyayangi garam yang murah". Mendengar kata-kata putrinya yang ketiga, Sang Raja langsung marah. "Apakah kamu anggap ayah ini murah dan tidak berharga, percuma selama ini ayah menyayangimu, pergi kamu dari sini !" Sang Raja membentak dan mengusir putrinya yang ketiga dari kerajaan. Putri ketiga meninggalkan kerajaan dengan membawa satu bungkusan besar yang tidak tahu apa isinya.

Hari demi hari berlalu, dan datanglah bencana badai, dimana pada waktu itu garam semakin sulit dicari. Terpaksa masakan di kerajaan tanpa dibubuhi garam. Sang Raja mulai kehilangan napsu makan dan jatuh sakit. Putri yang pertama dan kedua kelihatan tidak perduli kepada ayahnya. Sang Raja mulai teringat akan putrinya yang ketiga yang telah dia usir.

Seorang dayang diam-diam pergi mencari putrinya yang ketiga. Akhirnya bertemu juga dengan putri Raja yang tiga. Dayang ini menceritakan keadaan ayahnya yang sedang jatuh sakit dan membujuknya untuk pulang. Putrinya bersedia pulang tetapi dengan menyamar sebagai seorang juru masak di kerajaan.

Putri ketiga ini masih menyimpan banyak sekali persediaan garam yang dia bawa pada saat dia meninggalkan kerajaan. Setiap kali memasak tidak lupa dia membubuhi masakannya dengan sedikit garam. Sang Raja mulai menyukai masakan putrinya, namun tidak mengetahui bahwa juru masak itu adalah putrinya sendiri yang sudah dia usir dari kerajaan. Singkat cerita Sang Raja pun akhirnya sehat kembali.

Suatu hari penyamaran putrinya diketahui juga oleh Sang Raja. Sang Raja sangat senang dan gembira. Sang Raja mulai sadar bahwa apa yang dikatakan oleh putrinya tentang menyayangi Sang Raja bagaikan menyayangi garam yang murah ternyata tidaklah salah.

Kita selalu menilai sesuatu dengan harga sebagai ukuran, bahwa sesuatu bernilai karena harganya mahal, sesuatu kurang bernilai jika harganya murah. Pada kenyataannya tidak selalu demikian, tidak selalu barang yang harganya murah tidak bernilai, seperti halnya dengan garam.

Pernahkan kita membayangkan sesuatu yang murah seperti garam ternyata sangat bernilai dan berguna. Apakah jadinya jika dunia ini tanpa garam, mungkin makanan akan menjadi terasa hambar. Mungkinkah garam itu dapat digantikan dengan emas, berlian, intan dan permata ? Memang emas, berlian, intan dan permata terlihat lebih berkilau dari pada garam. Harganya pun mahal bahkan sangat mahal dibandingkan garam yang murah bahkan sangat murah, akan tetapi suatu ketika garam tidak ada, apapun tidak sanggup menggantikan fungsinya.

Maknanya bukan suruh makan garam yang banyak, ingat konsumsi garam yang terlalu berlebih bisa menyebabkan tekanan darah tinggi. Akan tetapi maknanya adalah untuk menghargai hal-hal yang biasanya kita sepelekan, kita pandang rendah, untuk kita lebih menghargai termasuk lebih menghargai para pembantu kita.

Sabtu, 31 Januari 2009

KRISIS EKONOMI GLOBAL DAN PERUBAHAN DUNIA

Akhir-akhir ini kata-kata global economic crisis/krisis ekonomi global sering sekali kita dengar. Bahkan anak kecilpun mulai bertanya apa yang dimaksud dengan krisis ekonomi global, krisis keuangan, inflasi, deflasi dan kata-kata yang berhubungan dengan pemberitaan masalah krisis ekonomi global.

Pertanyaan tersebut jika ditujukan kepada kita bagaimana kita menjawabnya ? Mungkin banyak orang tua yang menjelaskan kepada anaknya dengan jawaban yang sangat sederhana saja, bahwa segala pertanyaan yang berhubungan dengan krisis itu adalah hidup semakin sulit, cari makan semakin susah, harga barang semakin mahal, lapangan pekerjaan semakin berkurang, banyak terjadi pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan-perusahaan.

Akan tetapi jawaban di atas sebenarnya adalah gejala terjadinya krisis ekonomi atau dampak dari pada krisis ekonomi global itu sendiri. Jika anak kecil menanyakan lebih lanjut mengapa hidup itu semakin sulit, mengapa harga barang menjadi mahal, siapa yang menyebabkan terjadinya krisis ekonomi global ? Jadi apa jawabannya lanjutannya ?

Pernahkah kita merenungkan penyebab terjadinya krisis ekonomi itu sendiri dan bagaimana cara mencegahnya ? Sebagai orang awam, memang sulit bagi kita untuk memahami terjadinya krisis ekonomi global.

Mungkin kita pernah belajar di sekolah atau di bangku kuliah dulu, apa yang disebut dengan hukum permintaan dan hukum penawaran. Hukum permintaan kalau tidak salah yang saya ingat adalah "Harga-harga akan naik jika permintaan bertambah, harga-harga akan turun jika permintaan berkurang (ceteris paribus/kondisi yang lain-lain tidak berubah)". Sedangkan hukum penawaran adalah kebalikan dari hukum permintaan, yakni "Harga-harga akan naik jika penawaran berkurang, harga-harga akan turun jika penawaran bertambah (ceteris paribus/kondisi yang lain-lain tidak berubah)".

Pada saat terjadinya krisis apakah hukum permintaan dan hukum penawaran tetap berlaku. Jika memang masih berlaku, seharusnya tidak terjadi krisis ekonomi global, karena penjual barang akan mendapatkan keuntungan, penjual jasa akan mendapatkan penghasilan. Pembeli barang akan mendapatkan barang yang dibutuhkan, pembeli jasa akan mendapatkan jasa yang dibutuhkan. Pada saat krisis ekonomi orang tetap membutuhkan jasa orang lain, tetap membutuhkan barang yang dihasilkan orang lain, tetap membutuhkan makanan dan pakaian, tetap membutuhkan perumahan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Bahkan penduduk semakin bertambah kebutuhan juga semakin banyak, karena permintaan semakin meningkat. Penduduk bertambah, artinya ada regenerasi, anak-anak tumbuh menjadi besar, remaja tumbuh menjadi dewasa, sehingga semakin banyak orang yang produktif untuk menghasilkan barang dan jasa.

Masalahnya terletak pada penekanan kata akhir dari hukum permintaan dan hukum penawaran yang tidak terpenuhi, yakni ceteris paribus/kondisi yang lain-lain tidak berubah. Pada kenyataannya kondisi yang lain-lain telah berubah, jadi tidak lagi ceteris paribus. Seharusnya tidak ada peperangan, kenyataannya masih banyak terjadi peperangan, tidak ada bencana alam, kenyataannya banyak bencana alam, tidak saling menguasai, kenyataannya perebutan wilayah kekuasaan, dan lain-lain yang setiap hari selalu berubah. Perubahan-perubahan itu yang membuat ketidak seimbangan global. Di dalam dunia keuangan, jika ada yang terlalu banyak meminjam, sedangkan di sisi lain ada yang terlalu banyak menyimpan dana/menabung akan terjadi krisis keuangan. Dalam hal krisis keuangan global saat ini, mungkin negara-negara Barat termasuk Amerika terlalu banyak meminjam, sedangkan negara-negara Asia terutama Cina terlalu banyak menabung (cadangan devisa Cina saat ini hampir mencapai 2 trilyun Dollar Amerika), sehingga timbul ketidak seimbangan dalam perputaran keuangan dunia, maka terjadilah krisis keuangan global.

Bagaimana dengan Indonesia ? Indonesia dalam hal ini sama dengan Barat yang terlalu banyak meminjam. Sedangkan peperangan dalam arti sesungguhnya memang tidak ada, namun "peperangan di panggung politik" tetap terjadi, banyak terjadi perbedaan pendapat, banyak pendirian partai politik, banyak calon presiden, banyak yang tidak bisa terima kekalahan. Sementara bencana alam juga sering terjadi. Jadi juga tidak ceteris paribus dan tidak ada keseimbangan dalam perekonomian, politik dan lingkungan alam.

Yang lebih parah lagi adalah negara-negara miskin seperti Ethiopia, Mozambik dan Zimbabwe. Beberapa hari yang lalu saya membaca di koran bahwa di negara Zimbabwe, 7 juta penduduknya kelaparan. Tingkat pengangguran mencapai 94%, dari 12 juta penduduk hanya 480.000 orang yang memiliki pekerjaan. Tingkat inflasi mencapai 231 juta persen. Pemerintah rezim Presiden Robert Mugabe terus melakukan pencetakan uang, sehingga mata uang Dollar Zimbabwe menjadi sangat kecil. Pertengahan Januari 2009 pemerintahnya mengeluarkan lagi pecahan uang kertas baru senilai $10.000.000.000.000 (10 triliun dollar) yang setara dengan Rp. 330.000. Untuk membeli barang kecil saja membutuhkan uang ratusan miliar dollar.

Jadi kita masih beruntung, mata uang Rupiah kita nilainya masih jauh lebih tinggi dari dollar, walaupun dollar Zimbabwe, kalau dihitung-hitung Rp. 1 masih bernilai $30.000.000. Jadi semua orang Indonesia bisa jadi triliuner atau paling tidak jadi miliarder kalau pindah ke negara Zimbabwe. Cuma jangan kaget jika harga 1 mangkok bubur ayam di sini dapat dibeli dengan
Rp. 5.000, di sana mungkin $150.000.000.000 (150 miliar dollar), itupun kalau ada yang jual.

Kembali kepada masalah krisis ekonomi global, sebenarnya siapa yang beruntung ? Saat ini semua negara di dunia kelihatannya sedang mengalami krisis ekonomi atau paling tidak sedang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi kita tetap masih lebih beruntung tinggal di Indonesia dan menjadi warga negara Indonesia bukan warga negara Zimbabwe, paling tidak yang sedang membaca blog ini pasti lebih beruntung dari yang lain, karena masih mempunyai waktu untuk membaca blog, kalau lapar dengan Rp. 5.000 kita bisa beli bubur ayam ataupun siomai keliling di sekitar rumah kita mungkin tidak terlalu sulit kita peroleh.

Generasi kita juga sangat beruntung, sebagai warga negara Indonesia, kita sudah pernah mengalami 2 kali krisis ekonomi. Yang pertama pada saat krisis ekonomi di Asia pada tahun 1998. Setelah 10 tahun, tahun 2008 terjadi lagi krisis ekonomi global, sehingga generasi kita saat ini semakin berpengalaman dalam menghadapi krisis ekonomi. Pada saat terjadinya krisis ekonomi tahun 1998, manusia semakin kreatif. Memang banyak lapangan pekerjaan yang hilang, akan tetapi banyak juga lapangan pekerjaan diciptakan pada saat krisis ekonomi, bahkan banyak wirausaha/wiraswasta baru muncul pada saat krisis.

Krisis ekonomi global terjadi, karena situasi dunia yang terus menerus berubah. Masalahnya adalah bagaimana kita menyikapi setiap perubahan yang terjadi. Apakah kita siap dengan perubahan yang ada. Kita sendiri juga selalu berubah, memang kita dituntut untuk merubah. Hanya saja berubah ke arah positif (perbaikan) atau berubah ke arah negatif (keburukan). Kita tidak dapat merubah dunia, kita tidak dapat merubah orang lain, kita tidak dapat melawan takdir Tuhan, akan tetapi kita dapat merubah diri kita sendiri. Hanya diri kita sendiri yang dapat menentukan ke arah mana kita mau berubah.

Selamat kepada anda yang mau berubah ke arah yang positif !
Semoga masing-masing kita berubah ke arah yang positif dapat melawan krisis ekonomi global, dan kita semakin kreatif dalam berkarya dan mencipta !