Edbert Fernando & James Riady

Edbert Fernando & James Riady
Edo's Graduation from UPH College

Rabu, 14 Mei 2008

Menjadi Pemeran Utama atau Pemeran Pembantu

Kita sering terbuai dengan cerita film, sinetron, drama panggung seakan-akan semua yang dilakoni oleh tokoh-tokoh di dalam cerita itu seperti kisah nyata dari tokoh yang melakoninya. Kecuali film-film kartun yang kadang tidak bisa dicerna dengan akal orang dewasa, namun anak-anak menikmatinya dan tidak jarang mereka seakan-akan mengidolakan tokoh-tokoh tertentu dan membuat kehidupan nyatanya menjadi seperti tokoh idolanya itu.

Banyak cerita mengambil inspirasi dari kehidupan nyata yang dilihat oleh kita sehari-hari. Sebaliknya dalam kehidupan nyata sebenarnya kita juga seakan-akan sedang bermain film dalam suatu sandiwara cuma kita kadang tidak menyadarinya.

Perbedaannya di dalam suatu cerita film atau sandiwara kita diarahkan harus menjadi tokoh seperti apa sesuai dengan tuntutan skenario. Sedangkan di dalam kehidupan nyata kitalah yang mengatur jalan ceritanya, kitalah yang menentukan tokohnya. Kita bisa menjadi tokoh yang jahat, kita juga bisa menjadi tokoh yang baik, tergantung kita sendiri mau jadi tokoh apa. Sekarang pilihan ada pada kita, apakah anda mau menjadi pemeran utama atau mau jadi pemeran pembantu ?

Minggu, 11 Mei 2008

Sapi, Elang dan Kalkun

Ada sebuah cerita yang saya dengar dari radio bahwa dahulu burung elang dan burung kalkun sebenarnya adalah sahabat. Suatu hari kedua burung ini terbang bersama, tiba-tiba burung kalkun merasa lapar. Burung kalkun berkata "hei Lang, gua lapar bangat nich, kita turun ke bawah yuk !". Elang menjawab "ide yang bagus Kun, gua juga lapar". Maka merekapun perlahan terbang dan turunlah ke tanah.

Mereka masuk ke kandang sapi yang sedang makan. Sapipun menyapanya dengan ramah, "hei burung elang dan burung kalkun, apakah kalian lapar, ini makan saja jagung ini, rasanya manis sekali". Burung elang dan burung kalkun terheran-heran, koq sapi mau berbagi makanan dengan mereka. Burung kalkunpun bertanya kepada sapi sambil memakan jagung yang ditawarkan oleh sapi, "Pi apakah kamu setiap hari mendapatkan makanan secara cuma-cuma tanpa harus bekerja". Si sapipun menjawab, "ya, tentu saja, majikan saya ini punya kebun sendiri, saya selalu mendapatkan makanan setiap hari tanpa harus bekerja." Enak benar pikir burung elang dan burung kalkun.

Tiba-tiba burung kalkun punya akal, dia pun bicarakan kepada elang, "Lang gimana kalau kita tinggal di sini saja, itu masih ada tempat buat kita dipojok sana, kita bisa buat sarang di sana." Elang hampir tergiur untuk mengikuti ajakan burung kalkun, tapi elang masih punya pendirian lain, "ngak ah Kun, gua ngak mau." Tapi burung kalkun tetap ingin menikmati kehidupan barunya di bawah seperti sapi yang mendapatkan makanan cuma-cuma setiap hari. Burung elang terbang pergi sendiri. Jadilah burung kalkun setiap hari menikmati makanan cuma-cuma dari majikan sapi.

Suatu hari burung kalkun mendengarkan pembicaraan majikan sapi kepada istiri dan anak-anaknya, "tahun ini thanksgiving day kita akan mendapatkan hidangan istimewa yaitu burung kalkun". Burung kalkun terkejut mendengarnya, dia memutuskan untuk terbang mencari temannya si burung elang, tapi apa daya karena tubuhnya sangat gemuk dan berat karena makan setiap hari tanpa bekerja dan terbang, dia mencoba dan mencoba tetapi tidak kuasa untuk terbang melewati pagar kandang sapi yang cukup tinggi. Alhasil burung kalkun harus meratapi nasibnya yang malang pada hari thanksgiving day".

Cerita ini dapat kita petik hikmahnya bahwa kita jangan sekali-kali menerima tawaran yang menggiurkan hanya untuk kenikmatan kita sesaat tanpa berpikir panjang, karena kadang kala justru dapat merampas kemerdekaan kita.