Edbert Fernando & James Riady

Edbert Fernando & James Riady
Edo's Graduation from UPH College

Sabtu, 18 November 2023

Alzheimer

Seiring usia, manusia sering lupa, ada berbagai macam lupa, pura-pura lupa, sengaja lupa, kebetulan lupa (kelupaan yang tidak disengaja), lupa daratan (kalau di pesawat dan di kapal laut dia baru ingat).

Berbicara tentang lupa, adakalanya kita ketemu seseorang, kita ingat akan wajahnya, rasa-rasanya kita kenal tapi kita lupa namanya dan dimana kita pernah bertemu. Tapi ada juga kita masih ingat seseorang nama lengkapnya tapi mungkin kita sudah tidak bisa mengingat rupa/wajahnya seandainya kita ketemu di suatu tempat setelah beberapa tahun kita sudah tidak pernah bertemu lagi.

Saya ingin bercerita tentang 2 orang sahabat yang pernah bekerja di suatu perusahaan yang sama kira-kira sekitar 8 tahun di suatu kota di daerah BSD, Tangerang. Pada tahun 2024, salah satu temannya berpindah ke IKN, Kaltim. Singkat cerita 10 tahun telah berlalu dengan cepat. Ini udah di tahun 2034, kedua sahabat ini bertemu di booth minyak goreng "Optimize" dalam suatu pameran Produksi Pangan Nusantara (PPN 2034) di pusat pameran terbesar yang konon katanya terbesar di Asia Tenggara bernama "Magnificient Indonesia Convention Exhibition" (MICE) di IKN, Kaltim.

Kedua sahabat ini sebenarnya sudah pensiun dari perusahaannya masing-masing, akan tetapi karena loyalitas yang tinggi, keduanya masih dikaryakan oleh perusahaannya masing-masing dengan jabatan yang sama yakni sebagai "Technical Advisor" (yang tidak begitu jelas jobdes-nya).

Ketika ketemu di booth minyak goreng "Optimize", salah satu sahabat si Abel lihatin si Budi sambil tersenyum. Lalu si Budi (kakek tua yang berumur 67 tahun) menyapa si Abel, "Bapak dari kota mana ?"
"Oh saya dari Jakarta" (ngaku2nya Jakarta yang sudah bukan jadi Ibu Kota, padahal dia sebenarnya tinggal di perumahan Millennium City, Parung Panjang, Kabupaten Bogor, dan bekerjanya di ICE, BSD City, Tangerang, Banten).

"Oh sama, saya dulu juga dari Jakarta" (podo wae, ngakunya Jakarta juga, padahal dulu dia tinggal dan bekerja di daerah Tangerang).

Komunikasi berlanjut :
Abel : "Saya sekarang masih bekerja di ICE, BSD City".
Budi : "Oh saya bekerja di "MICE", dulu saya juga pernah di "ICE", apakah Bapak pernah kenal dengan teman baik saya bernama Oktobel Tasman".
Abel : "Saya lah Oktobel Tasman, teman baik anda itu".
Budi : "Oh maaf saya sampai lupa, rupanya Pak Abel sekarang ini".
Abel : "Oh ngak apa2, saya cuma ingat wajah Bapak, sebenarnya saya lupa nama Bapak siapa ya ?".
Budi : "Saya Budi Sartono, teman makan siang Bapak yang 5 orang itu lho, ada 3 cewek si Mei, si Dita dan si Risma, dan ada satu lagi cewek yang udah pindah ke Amrik si Fany".
Abel : "Oh ya, saya lupa nama-namanya, untung Bapak masih ingat".
Budi : "Pak Abel, apakah kita termasuk Alzheimer ?".
Penjual Minyak Goreng : ????!!! 😝😜😛 

Jumat, 08 September 2023

Tujuan Akhir Hidup Manusia

Jika kita ditanya, apa tujuan akhir dari hidup anda, mungkin lebih dari 50% dari kita akan mengatakan ingin hidup bahagia. Definisi dari kata BAHAGIA dari setiap individu bisa berbeda-beda. Biasanya orang selalu mengaitkan dengan kecukupan materi, misalnya punya rumah yang besar, mobil yang mewah, tabungan atau deposito yang banyak. Namun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa kebahagiaan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan kesenangan, ketentraman hidup secara lahir dan batin yang maknanya meningkatkan visi diri. Jadi bahagia itu tidak dapat diukur dengan uang ataupun materi. Apakah anda setuju ? 

Ada sebuah cerita mengenai seorang nelayan yang sedang bersantai-santai di sebuah dermaga tempat kapalnya berlabuh. Nelayan ini sedang menikmati senja yang sangat indah di suatu sore sambil menyeruput kopi yang sangat nikmat. Tiba-tiba seorang juragan ikan menghampiri nelayan tersebut menanyakan mengapa sang nelayan tersebut tidak berangkat untuk menangkap ikan pada hari itu. Sang nelayan menjawab bahwa untuk apa dia harus menangkap ikan setiap hari. Juragan kemudian menimpali lagi bahwa jika kamu berangkat menangkap ikan, mungkin kamu bisa mendapatkan ikan yang banyak di hari itu, lalu kamu bisa mendapatkan uang yang lebih banyak lagi, lalu bisa beli kapal baru lagi, lalu kamu bisa mempekerjakan orang lain untuk pergi menangkap ikan, sehingga kamu bisa bersantai-santai menikmati hidup dan kamu akan bahagia. Sang nelayan kemudian melihat si juragan ikan dan berkata "apakah kamu tidak melihat apa yang sedang saya lakukan pada saat ini." 

 Adakalanya orang mengejar materi untuk mendapatkan kebahagiaan, setelah materi yang diperoleh masih belum menemukan kebahagiaan yang diinginkan sehingga mengejar materi berikutnya dan terus berlanjut hingga melupakan kesehatannya dan pada akhirnya tidak pernah menemukan kebahagiaan. Materi selama ini dianggap mampu mengantarkan kita pada ketenangan dan rasa aman, akan tetapi jangan lupa bahwa tujuan akhir hidup kita adalah KEBAHAGIAAN.

Kamis, 31 Agustus 2023

COINCIDENTAL (KEBETULAN)

Dalam kehidupan kita sering mengalami kejadian yang secara kebetulan. Kebetulan dalam bahasa Inggris adalah coincidental, co artinya bersama dan incident artinya kejadian. Jadi kebetulan itu adalah 2 kejadian atau lebih yang terjadi secara bersamaan.

Kebetulan selama ini selalu dianggap sebagai kejadian yang terjadi secara tidak disengaja, padahal sebenarnya ada unsur perencanaan yang dikabulkan oleh yang Kuasa tanpa kita menyadarinya.

Berikut ini saya ingin bercerita mengenai "kebetulan" dari 2 sahabat :
Melda dan Lili adalah sahabat sejak kecil sewaktu di bangku SD & SMP di Kota Medan. Setelah lulus SMP, Melda melanjutkan sekolah SMA di Jakarta karena kedua orang tua dan kakak kandungnya pindah ke Jakarta, sedangkan Lili tetap melanjutkan SMA hingga menyelesaikan kuliahnya di Kota Medan.

Sejak Melda pindah ke Jakarta, mereka sudah tidak berhubungan satu sama lain, karena sudah kehilangan kontak, makhlumlah ini cerita pertemanan di jaman dulu gitu, belum punya Facebook, Instagram apalagi HP.

Setelah lulus kuliah di Kota Medan, Lili merantau ke Jakarta, mencoba mengadu nasib, dalam hatinya kali aja dapat pekerjaan yang bagus, mendapatkan jodoh dan berharap-harap bisa bertemu dengan Lili di Jakarta, itu doa yang selalu dipanjatkan oleh Lili selama ini.

Sementara Melda juga sudah lulus kuliah di Jakarta dan sudah bekerja di perusahaan kepunyaan kakaknya yang meneruskan dari orang tuanya. Walaupun Melda sudah banyak teman-teman baru di Jakarta, akan tetapi dia sangat berharap suatu hari nanti dia bisa bertemu dengan Lili di suatu tempat, itu juga yang didoakan oleh Melda selama ini.

Lili tidak punya saudara ataupun teman di Jakarta, jadi Lili harus mencari kos-kosan di pinggiran kota Jakarta biar lebih murah kata orang. Akhirnya Lili dapat rumah kos di daerah Serpong, dan mulai mencoba melamar kerja dari iklan-iklan di koran yang ada di rumah kos tersebut.

Suatu hari Lili mau membeli bakso yang dijual oleh tukang bakso yang lewat di rumah kosnya. Jadi Lili meminjam mangkok di dapur rumah kos tersebut. Tiba-tiba di dapur ada tikus yang lewat persis di depan kaki Lili, Lili kaget dan mangkok yang dipegangnya jatuh, tentu pecahlah (kalau ngak pecah, ceritanya ngak berlanjut).

Oleh karena mangkok yang dipinjam pecah, maka terpaksa Lili harus membeli untuk menggantinya, maka Lili pergilah ke pasar modern BSD. Nah secara KEBETULAN di waktu yang bersamaan dan di toko yang sama pula Lili bertemu Melda, sahabat lamanya sejak kecil yang dia tidak duga-duga.

Setelah kedua sahabat bertemu yang merupakan impiannya sejak lama, kebetulan juga Melda menawarkan kepada Lili bahwa ada lowongan pekerjaan di perusahaan kakaknya itu di Jakarta Barat. Lili pun pindah rumah kos yang berdekatan dengan tempat kerjanya di Jakarta Barat.

Pertemanannya pun berlanjut. Secara kebetulan juga kakaknya Melda yang belum punya pacar, jatuh cinta pada Lili. Akhirnya Lili pun menikah dengan kakaknya Melda. Lili yang sahabat karib Melda sejak kecil menjadi kakak iparnya 😁.

Begitulah kebetulan-kebetulan yang terjadi di dalam hidup Lili, yang dalam hal ini merupakan harapan dan doanya yang diwujudkan oleh alam semesta melalui seekor tikus. Di dalam hidup kita masing-masing juga sama, sering kita melihat kejadiannya hanya faktor kebetulan belaka, padahal sebenarnya merupakan perwujudan dari harapan dan doa kita yang sungguh-sungguh, maka alam semesta akan bersatu untuk mewujudkannya. Namun, tentu tidak selalu melalui tikus di dapur rumah kos-kosan.




Minggu, 29 Desember 2013

Berapa Umur Manusia Yang Diberikan Oleh Tuhan ?

Sudah sangat lama rasanya saya tidak menulis di blog ini. Di penghujung tahun 2013 ini, kerja di kantor terasa lebih santai, jadi saya meluangkan sedikit waktu untuk menulis di blog ini kembali. Tapi tidak tahu apa yang mau saya tulis. Oh ya, saya coba menulis mengenai wisdom yang disampaikan oleh Pak Tanadi Santoso yang beberapa hari yang lalu saya dengar di Radio, akan tetapi saya tulis dengan versi saya sendiri yang mungkin jadi sedikit berbeda dari yang disampaikan Pak Tanadi Santoso.

Konon pada saat Tuhan menciptakan manusia dan hewan masing-masing dari makhluk hidup itu diberikan umur. Pada saat Tuhan menciptakan sapi, Tuhan berkata : "sapi, kini kamu saya ciptakan dan saya beri kamu umur 40 tahun". Lalu sapi berpikir sebentar dan berkata : "waduh kelamaan Tuhan, saya cukup dikasih 10 tahun saja". Lalu Tuhan mengabulkan permintaan si sapi dengan umur 10 tahun.

Setelah itu Tuhan berkata kepada monyet, "monyet kamu saya ciptakan dan saya beri kamu umur 20 tahun". Monyet juga merasakan kebanyakan umur yang diberikan Tuhan. Lalu monyet mengatakan : "Tuhan, saya rasa juga kebanyakan Tuhan, saya juga cukup dikasih 10 tahun saja". Lalu Tuhan pun mengabulkan permintaan monyet dengan diberikan umur 10 tahun.

Selanjutnya, Tuhan menciptakan anjing dan berkata kepada anjing : "anjing, kamu saya ciptakan dan saya beri kamu umur 20 tahun". Anjing pun merasakan umur yang diberikan Tuhan terlalu lama, dan anjing berkata :"Tuhan, saya juga sama Tuhan, umur yang Tuhan kasih ke saya juga terlalu lama, saya pun sama dengan sapi dan monyet, cukup diberi 10 tahun saja". Tuhan mengatakan : "OK, kalau begitu, anjing kamu juga saya kasih umur 10 tahun saja.

Giliran Tuhan menciptakan manusia, Tuhan berkata :"Hai manusia, kamu saya ciptakan dan saya kasih kamu umur 25 tahun". Manusia diberikan akal pikiran yang lebih sempurna namun agak serakah. Lalu manusia mulai berpikir dan berkata :"Tuhan, terima kasih saya sudah diciptakan ke dunia ini dan diberikan umur 25 tahun, cuma begini Tuhan, tadi kan Tuhan kasih si sapi umur 40 tahun, tapi si sapi kan cuma ambil 10 tahun, berarti ada sisa 30 tahun. Si monyet dan si anjing Tuhan kan kasih masing-masing 20 tahun, tapi mereka masing-masing cuma minta 10 tahun saja, berarti ada sisa dari si monyet 10 tahun dan sisa dari si anjing juga 10 tahun, jadi daripada mubazir umur yang diberikan oleh Tuhan itu, semuanya buat saya saja. Sehingga umur saya dari pemberian Tuhan 25 tahun ditambah dengan sisa dari si sapi, si monyet dan si anjing ada 50 tahun, jadi umur saya jadi 75 tahun". Tuhan berpikir, benar juga si manusia licik dan tamak ini, lalu berkata :"baiklah manusia, kamu saya kasih umur 25 tahun, kemudian ditambah sisa-sisa umur yang tidak diambil oleh si sapi, si monyet dan si anjing sebanyak 50 tahun, jadi umur kamu menjadi 75 tahun".

Dalam kehidupan kita sebagai manusia, sesungguhnya kita hanya hidup sampai umur 25 tahun, tapi karena ketamakan manusia saat dicipta Tuhan, maka kita harus kerja keras selama 30 tahun seperti si sapi, sampai kita pensiun pada umur 55 tahun. Setelah pensiun kita memasuki usia yang didapatkan dari si monyet. Monyet biasanya suka gendong-gendong anak, bergelantungan di pohon, lompat dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Makanya setelah pensiun kita menikmati usianya si monyet, gendong-gendong cucu, bermain-main dengan cucu, kunjungi rumah anak yang satu ke rumah anak yang lain sampai kita umur 65 tahun. Setelah itu kita memasuki usia gratisan dari si anjing. Anjing biasanya kan sebagai penjaga rumah. Makanya di usia kita yang sudah 65 tahun ke atas, mungkin cucu-cucu kita sudah besar, sudah tidak mau bermain-main dengan kita, apalagi digendong-gendong, karena tenaga pun sudah berkurang, kita pun sudah jarang pergi-pergi, ya kita terima nasip kita sebagai penjaga rumah.

Menurut Pak Tanadi Santoso,  cerita ini hanya sebagai guyonan saja, namun cukup inspiratif, sehingga saya juga termotivasi untuk menulis di dalam blog ini. Terima kasih Pak Tanadi Santoso. Selamat menyongsong Tahun Baru 2014, semoga tahun 2014 sebagai tahun politik (tahun Pemilu), kita dapat memilih pemimpin yang sangat bijak dan membawa perubahan yang baik lagi.

Kamis, 24 Maret 2011

Mendengar, Menganalisa, Mengambil Keputusan

Beberapa hari yang lalu, saya mendengarkan di Radio PasFM dalam acara business wisdoms yang dibawakan oleh Bpk Tanadi Santoso. Ada hal yang sangat menarik yang dapat saya kutip untuk dijadikan tulisan. Beliau memang seorang motivator favorit saya, tulisan-tulisannya mengenai business wisdoms selalu saya ikuti dan saya baca.

Beliau mengajukan suatu pertanyaan yang saya jawab dalam hati, ternyata jawaban saya salah besar. Pertanyaannya adalah "Mana yang lebih banyak di dunia ini, orang yang mati karena dibunuh atau mati karena bunuh diri ?" Sebelum anda membaca tulisan saya selanjutnya, coba anda menebak jawaban atas pertanyaan tersebut ! Apa jawaban anda ? Mari kita cocokan dengan jawaban Bpk Tanadi Santoso yang menurutnya berdasarkan data.

Ternyata di dunia ini lebih banyak orang yang mati karena bunuh diri dari pada mati karena dibunuh. Kalau jawaban anda benar, nah sekarang pertanyaan selanjutnya berapa perbandingannya ? Anda jangan kaget mendengar jawabannya ! Menurut beliau bahwa perbandingannya adalah 20 : 1, maksudnya di dunia ini ada 20 kali lipat lebih banyak orang yang mati karena bunuh diri dari pada yang mati karena dibunuh. Sangat fantastis bukan ? Namun memang demikianlah kenyataannya kalau berdasarkan data adakalanya memang berbeda jauh dengan apa yang kita kira sebelumnya.

Orang yang mati karena bunuh diri umumnya jarang diberitakan, adakalanya memang sengaja ditutup-tutupi oleh pihak keluarga. Akan tetapi orang yang mati karena dibunuh biasanya banyak diberitakan di media cetak, televisi, radio, internet dan lain-lain. Sehingga kita lebih sering mendengar orang mati karena dibunuh dibandingkan dengan orang mati karena bunuh diri.

Pertanyaan yang hampir serupa adalah "Ada berapa persen kecelakaan pesawat terbang di dunia ini ?" Mungkin anda juga bisa mencoba menebak jawabannya ! Pertanyaan ini saya ajukan kepada teman saya. Jawaban dari teman saya secara spontan dan cepat, katanya 30%, bagaimana menurut anda ? Maklum, pantas saja istrinya tidak memperbolehkan teman saya ini untuk naik pesawat terbang.

Di dunia ini hampir setiap jam bahkan dalam hitungan menit saja ada banyak pesawat terbang yang landing dengan selamat, akan tetapi tidak diberitakan. Namun jika terjadi kecelakaan pesawat terbang atau ada pesawat yang jatuh di manapun di dunia ini pasti mendapat perhatian dan diliput oleh media di mana-mana. Jadi kembali ke pertanyaan ada berapa persen kecelakaan pesawat terbang di dunia ini ? Tentunya jawaban yang benar adalah 0,000 sekian persen dengan kata lain satu di antara ribuan pesawat terbang yang mendarat dengan selamat setiap hari, itupun tidak setiap hari terjadi kecelakaan pesawat. Andaikata pun setiap hari terjadi kecelakaan pesawat terbang di dunia ini (Tuhan, kami mohon jangan sampai itu terjadi), tetap saja jawaban teman saya yang bilang 30% adalah salah besar. Kalau sampai kecelakaan pesawat terbang di dunia ini sebesar 30%, jangankan teman saya yang tidak diperbolehkan istrinya naik pesawat terbang, kita semua mungkin juga tidak berani naik pesawat terbang, karena harus mempertaruhkan 30% nyawa kita.

Nah di dalam dunia bisnis, andaikata kita hanya berdasarkan pembicaraan orang kebanyakan sehingga kita mengambil suatu kesimpulan dengan asumsi-asumsi berdasarkan yang kita dengar saja tanpa kita melakukan pengkajian dan analisa mendalam untuk mendapatkan data yang lebih akurat, adakalanya kesimpulan yang kita buat jauh dari fakta sesungguhnya. Kesimpulan yang salah akan mempengaruhi keputusan yang salah juga.

Untuk mengambil suatu keputusan penting dalam kehidupan kita sehari-hari, kita memang perlu banyak mendengar, mendapatkan masukan-masukan dari orang lain. Namun mendengar saja tidak cukup, selain mendengar kita perlu menganalisa apakah semua yang kita dengar sudah sesuai dengan fakta sesungguhnya dan yang terbaik untuk pengambilan keputusan kita saat ini serta mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang kita harapkan di masa yang akan datang.

Kamis, 27 Agustus 2009

Mendambakan Kendaraan Umum Yang Aman dan Nyaman

Sudah satu minggu ini saya berangkat ke kantor dan pulang dengan kendaraan umum (bus khusus dari shelter bus Lippo Village, Karawaci), karena selama bulan puasa jalanan justru semakin macet terutama di sore hari menjelang berbuka puasa, jadi rasanya akan lebih santai kalau naik bus.

Ternyata saya cukup bisa menikmati perjalanan pergi pulang (bukan pulang pergi, karena bagaimana bisa pulang dulu baru pergi) dengan bus umum tetapi agak khusus ini. Tempat pemberhentian bus ini tidak boleh di sembarangan tempat dan tidak boleh orang naik turun di tengah jalan. Tempat pemberhentiannya sudah ditentukan di titik-titik tertentu, misalnya bus yang berangkat dari Lippo Village jam 06.00 pagi berhentinya di Menara Mulia daerah Semanggi, lalu ke Citra Graha, di Jl. Gatot Subroto. Ada lagi bus yang berangkat jam 06.05 pagi, berhentinya di Komdak, Jl. Jend. Sudirman lalu putar arah ke gedung FX di dekat pintu satu Gelora Bung Karno, Senayan. Memang dengan begitu bus ini menjadi lebih exclusive dibandingkan dengan bus umum lainnya, terutama dari segi keamanan dan kenyamanan para penumpang.

Yang menjadi kendala adalah tempat pemberhentian bus agak sedikit jauh dari kantor saya di Menara Batavia, sehingga saya harus berbalik arah dengan menyambung kendaraan umum lagi. Kalau pada pagi hari tentu tidak menjadi masalah, turun dari bus di gedung FX langsung bisa naik taxi yang banyak lalu lalang di sekitar situ dan situasi jalanan pun cukup lancar. Biasanya naik taxi kira-kira habis antara Rp. 10.000 - Rp. 15.000 dari gedung FX ke gedung Menara Batavia. Masuk taxi, pintu ditutup, argo meter langsung ditekan sebesar Rp. 5.000 ada juga yang Rp. 6.000, jalan kira-kira 1 km, argo meter mulai loncat-loncat kelipatan Rp. 250 kira-kira setiap 6 detik, kalau yang argo pertama Rp. 6.000, lancatannya kelipatan Rp. 300.

Pada sore hari, jalanan macet tidak ketulungan atau bisa dibilang macet minta ampun, cuma biasanya kita minta ampun kan kepada Tuhan, lahhh... memangnya kemacetan jalanan disebabkan oleh Tuhan, itu kan ulah manusia juga, semua orang bawa mobil, motor, semua orang ingin pulang lebih cepat untuk berbuka puasa bersama keluarga. Selama bulan puasa biasanya kantor-kantor masuk lebih pagi dan pulang lebih cepat antara 30 menit sampai 1 jam. Herannya yang tidak puasa pun ingin pulang cepat-cepat juga (ya termasuk saya juga sih). Tensi setiap orang pun mulai berubah, senggol-senggolan antara kendaraan kadang tidak terhindarkan, malah tidak jarang orang mulai mengeluarkan kata-kata makian satu sama lainnya, wah kalau begitu puasanya batal deh !!!

Karena macet tidak ketulungan di sore hari, maka saya terpaksa naik ojek motor dari kantor ke gedung Citra Graha bayar Rp. 20.000, padahal jaraknya paling hanya sekitar 3 km, tidak apa-apa deh hitung-hitung berbagi rezeki kepada tukang ojek motor. Cuma yang membuat sport jantung selip-selipan motor di antara bus-bus bahkan truk, sehingga kaki dan tangan harus benar-benar rapat dengan badan. Kadang saya takut juga tergencet di antara kendaraan yang begitu padat.

Keadaan ini membuat inspirasi saya untuk menulis, bagaimana menciptakan kendaraan umum yang benar-benar aman dan nyaman kepada para penumpang, sehingga orang-orang berangkat ke kantor tidak lagi menggunakan kendaraan pribadi. Dengan pertambahan ruas jalan yang tidak seimbang dengan pertambahan jumlah kendaraan pribadi, jika masalah ini dibiarkan terus menerus, maka memang bukanlah mustahil suatu saat nanti hanya beberapa langkah orang keluar dari rumah jalanan sudah penuh dengan kendaraan, motor, mobil, bus dan truk. Jadi kita harus lewat mana ?

Saat ini yang dipikirkan oleh pemerintah daerah maupun oleh pemerintah pusat selalu mencari cara untuk menambah ruas jalan misalnya menambah under pass dan fly over atau menambah lajur jalan tol, namun semua memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam melakukan pengembangan. Dalam proses pembuatan under pass dan fly over saja menyebabkan kemacetan yang luar biasa. Penambahan lajur jalan tol juga tidak dapat dikembangkan terus menerus, suatu saat akan habis juga lahan yang tersedia. Selama pemerintah masih berpikir bagaimana caranya menambah ruas jalan akan selalu kalah dengan orang yang berpikir bagaimana memiliki tambahan kendaraan baru.

Kenapa pemerintah masih tidak berpikir dengan cara yang lain. Selama seminggu saya naik kendaraan umum yang menurut saya cukup aman dan nyaman. Saya merasakan seperti sedang berada di luar negeri. Maklum memang saya jarang naik bus setelah punya kendaraan pribadi, jadi naik bus, taxi dan MRT kalau sedang di luar negeri, rasanya nyaman-nyaman saja. Jadi saya berpikir kalau seandainya semua bus umum di Jakarta dibuat senyaman di luar negeri atau setidaknya senyaman bus dari shelter-shelter perumahan seperti Lippo Village, mungkin banyak yang akan parkir mobil pribadinya di rumah. Mobil pribadi cukup satu atau dua saja untuk bepergian dengan keluarga pada akhir pekan atau pada hari libur.

Akan tetapi tidak cukup sampai di situ saja, tidak cukup hanya perbaikan kwalitas dan kwantitas bus-bus umum. Langkah berikutnya adalah membatasi kendaraan pribadi untuk masuk ke jalan tol dan jalan-jalan protokol pada hari-hari kerja. Caranya pada hari-hari kerja tarif jalan tol untuk kendaraan pribadi dinaikkan misalnya Rp. 5.000/km/kendaraan, sedangkan bus bila perlu digratiskan. Pada akhir pekan (Sabtu, Minggu) dan hari-hari libur tarif tol dinormalkan lagi seperti tarif yang berlaku saat ini. Untuk kendaraan angkutan barang seperti truk diberlakukan tarif tersendiri, supaya tidak menghambat perputaran barang. Jalan-jalan protokol juga dibuatkan pintu pembayaran seperti jalan tol dengan tarif yang sama seperti jalan tol. Motor tidak diperbolehkan masuk ke jalan-jalan protokol, apalagi jalan tol yang memang dari dulu juga tidak boleh masuk. Armada bus diperbanyak, keamanan dan kenyamanan dibuat seperti bus dari shelter-shelter perumahan. Semua penumpang mendapatkan tempat duduk, tidak boleh ada yang berdiri. Dengan demikian akan terjadi seleksi alam, bus-bus yang kurang nyaman akan ditinggalkan oleh penumpangnya, sehingga semua berlomba-lomba untuk membuat bus-bus semakin nyaman dan aman, bila perlu di setiap bus ada seorang penjaga seperti Satpam, jadi jangan coba-coba untuk mencopet di bus umum.

Tulisan saya ini hanya sebagai suatu ide awal saja, tentunya teknis pelaksanaannya mungkin masih banyak pakar-pakar di Departemen Perhubungan yang jauh lebih tahu dari saya. Kalau saya terlalu detail, selain orang juga bosan membacanya, saya juga takut dipanggil ke Cikeas untuk dimasukkan dalam daftar yang akan diseleksi oleh Bapak SBY. Bisa kacau urusannya, mau saya tolak nanti dikira sombong, mau diterima nanti tidak enak dengan partai-partai koalisi pendukung SBY-Boediono, kan jadi buah simalakama.

Senin, 10 Agustus 2009

Rumah Masa Depan (Bagian II)

Pada tanggal 25 Juli 2009 yang lalu, Tante kami (Siko) telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Sesuai dengan tulisan saya sebelumnya bahwa kami sudah mempersiapkan "Rumah Masa Depan" untuk Siko, yakni di Sandiego Hills Memorial Park, Kerawang. Tepatnya di kapling creation Hammingbird Blok J27 No. 5.

Pada tanggal 28 Juli 2009, yakni hari pemakaman Tante kami (Siko) di Sandiego Hills Memorial Park, yang dihadiri oleh saudara dan sanak keluarga dari Tan (Tan Family) yang berangkat dari Rumah Duka Siloam dengan iring-iringan 7 buah mobil.

Setelah pemakaman kami makan bersama di aula kantor pemasaran dan dilanjutkan dengan foto-foto di taman dengan pemandangan yang sangat indah, danau, kolam renang, rerumputan hijau seperti lapangan golf yang notabene adalah kuburan yang dibuat dengan kesan yang tidak menyeramkan seperti kuburan-kuburan tradisional pada umumnya, gundukan tanah yang tinggi, batu nisan yang besar-besar, ada pohon-pohon kamboja yang kadang membuat bulu kuduk berdiri.

Pada tanggal 31 Juli 2009 tepatnya hari ketujuh meninggalnya Tante kami (Siko), kami meninjau kembali "Rumah Masa Depan" Siko. Ternyata taburan-taburan bunga pada waktu pemakaman sudah berganti dengan tanaman rumput golf.

Tante kami (Siko) pada masa hidup tidak pernah sekalipun menyinggung tentang "Rumah Masa Depan" untuk dirinya, karena memang semangat hidup beliau sangat tinggi, dia berjuang melawan penyakitnya sekitar 9 bulan setelah divonis dokter mengidap penyakit tumor/kanker pankreas. Beliau hampir tidak mau terima kenyataan bahwa penyakitnya sudah tidak bisa disembuhkan lagi, kecuali melalui operasi, namun mengingat usianya yang sudah tua akan sangat riskan untuk melakukan tindakan operasi selain tentu masalah biaya yang sangat besar pula. Beliau berharap ada mujizat dari Yang Maha Kuasa sambil minum Ginseng selama kurang lebih 6 bulan. Hingga sekitar 3 bulan sebelum meninggal beliau masih aktif menghadiri Gereja pada hari Minggu bersama dengan keluarga Om dan Tante kami yang lain, yang juga adalah adiknya.

Menurut penganut Kristen yang kami tahu bahwa ada istilah "tanah kembali ke tanah", selain itu Tante kami (Siko) agak kurang menyetujui orang yang sudah meninggal dilakukan kreamasi (dibakar), sehingga kami menyiapkan "Rumah Masa Depan" yang tanpa melalui pesanan dari beliau yang menurut kami sudah sangat layak tempatnya.

Ada juga Om dan Tante kami yang tinggal di daerah Batu Ceper menganggap setelah meninggal apapun bentuk bakti dari anak sudah tidak berguna, yang penting adalah bakti anak semasa hidup. Jadi agar tidak menyusahkan anak, mereka berpesan kepada anak-anaknya kalau nanti mereka sudah meninggal agar dikreamasi saja dan abunya dibuang ke tengah lautan.

Memang kalau orang dulu-dulu bisa dianggap pamali, amit-amit jabang bayi (ho lai phai khi / tai kak li si), beli kuburan untuk mempersiapkan kematian, akan tetapi sekarang sudah biasa. Namun menurut saya mempersiapkan "Rumah Masa Depan" oleh anak kepada orang tuanya yang sudah tua mungkin tidak ada salahnya, akan tetapi mempersiapkan "Rumah Masa Depan" oleh kita sendiri yang diperuntukan kita sendiri nantinya dengan memilih lokasinya, view-nya mungkin rasanya tidak terlalu penting.

Atasan saya pernah mengajak saya membeli "Rumah Masa Depan" di Sandiego Hills juga, saya katakan belumlah Bu, belum saya pikirkan. Apa yang dikatakan atasan saya waktu itu saya masih ingat, "tapi suatu hari kamu akan mati juga kan ?" Bahkan atasan saya membeli sampai 4 kapling untuk dirinya. Katanya kalau dia tidur tangannya bisa bebas bergerak, kalau cuma 1 m x 2,6 m bagaimana bisa bebas menggerakkan tangan. Beberapa rekan kantor saya juga ikut bersama atasan saya membeli di sana, katanya supaya bisa tetap berdekatan (bertetangga). Jadi masih bisa ketemu lagi setelah masing-masing sudah meninggal. Saya sedikit geli juga mendengarkan alasannya. Kan jasad orang itu dimasukkan dalam peti kayu yang sudah ditutup rapat dengan skrup/paku. Peti kayu dimasukkan lagi ke lubang yang terdapat sebuah peti batu, setelah itu peti batu itu ditutup, baru kemudian ditimbun tanah. Kalau begitu, tetap saja tidak bisa bebas bergerak, bahkan tidak ada udara, atau mungkin orang yang sudah meninggal tidak lagi butuh udara, karena sudah tidak lagi bernafas. Akan tetapi kalau orang yang sudah meninggal dan sudah dikubur masih bebas bergerak ke sana ke mari, untuk apa juga tidur di dalam peti kayu, kan bisa tidur di samping danau atau di mana saja. Kalau kita beranalogi orang yang sudah meninggal dan sudah dikubur di dalam tanah masih seperti orang dalam kehidupan dunia nyata tentunya sudah tidak nyambung lagi.

Ada juga yang bilang, orang yang menjadi suami istri di kehidupan sekarang, setelah masing-masing sudah meninggal sudah tidak saling kenal lagi di alam sana. Jadi untuk apa juga "Rumah Masa Depan" harus saling berdekatan. Ada lelucon dari istri saya, katanya kalau nanti kita masing-masing sudah meninggal, kan kita sudah tidak saling kenal. Dan ceritanya istri saya sudah kawin dengan orang kaya dan kebetulan saya yang menjadi supirnya. Dia melihat saya sepertinya sudah pernah kenal, lalu dia selingkuhlah dengan supirnya, yakni saya. Walaupun hanya sekedar lelucon, tetapi saya senang juga mendengarnya. Artinya dia tidak kecewa bersuamikan saya, bahkan kalau sampai tidak bersama saya di kehidupan yang akan datang, walaupun dia sudah menjadi orang kaya sedangkan saya hanya seorang supir, dia masih memikirkan saya dengan jalan menempuh jalur selingkuh agar kita tetap bisa bersama.

Rumah Masa Depan (Bagian I)

Hari Minggu tanggal 22 Pebruari 2009 yang lalu, saya bersama dengan istri, Om dan Tante (Atio & Seko) ke Kerawang. Tujuan kami adalah untuk melihat-lihat kapling tanah untuk "Rumah Masa Depan" buat Tante kami yang lain (Siko) yang saat itu sedang sakit.

Kami masuk ke kawasan Sandiego Hills Memorial Park sebagai kawasan yang masih relatif agak baru. Menurut salah seorang marketing executive-nya, bahwa saat ini baru dikembangkan seluas 50 hektar dari rencana keseluruhan 500 hektar. Kawasan yang tertata sangat rapi jauh dari kesan kuburan. Orang yang tidak tahu mungkin dikira lapangan golf yang lengkap dengan country club-nya. Ada danau, ada kolam renang, gedung pertemuan, restoran, toko bunga dan lain-lain.

Untuk type yang standar adalah lokasi yang dinamakan dengan creation dengan ukuran 1m x 2,6m. Harganya berkisar antara dua puluhan sampai tiga puluhan juta rupiah sebelum discount. Discount tergantung cara pembayarannya, karena bisa juga dengan cara kredit. Saya tidak tanya istilahnya kalau cara pembayaran secara kredit, mungkin kalau kita kreatif memberikan singkatannya adalah "KPK" (Kredit Kepemilikan Kuburan), karena tanahnya adalah bersertifikat hak milik.

Harga juga bisa ditentukan oleh letak tanahnya, view yang berbeda harganya juga berbeda. Tanah yang view-nya menghadap ke danau lebih mahal. Pada saat kita tanya untuk yang dekat ke danau, katanya sudah terjual habis 100%. Untuk posisi yang lebih tinggi dekat dengan pohon-pohon di atas bukit, katanya juga sudah terjual habis.

Penomoran juga menentukan harga, untuk nomor cantik seperti 7, 8 dan 9 harganya lebih mahal, dan tidak terdapat nomor 4 karena angka 4 dalam pengucapan bahasa Mandarin adalah Se atau dalam dialek Hokkian adalah Si, yang bisa berarti mati. Jadi orang yang sudah mati saja dianggap masih takut akan angka 4 (mati), atau bisa diartikan orang yang sudah mati masih takut mati, padahal memang sudah mati.

Semua kuburan dalam bentuk flat (rata), untuk yang sudah terisi, tanah dan rumputnya agak sedikit lebih tinggi (± 3 cm), sehingga kita bisa membedakan yang sudah terisi (sudah dihuni) dengan yang belum terisi (belum dihuni).

Semua kuburan 1m x 2,6m langsung nempel dengan tetangga di sebelahnya dan suatu saat semua sudah terisi penuh, maka bagi saudara yang datang untuk berziarah harus berjalan di atas garis di antara kuburan, karena kalau tidak akan sedikit menginjak kuburan tetangga.

Pada saat kita tanyakan yang paling dekat dengan jalan (di pinggir jalan) katanya masih tersedia cukup banyak, dan masih terdapat sisa tanah antara 1/2 sampai 1 meter dari saluran air (got) di pinggir jalan. Ternyata menurut lanscap-nya posisi kepala ada di bawah (menghadap ke bukit). Mungkin sengaja untuk kita tidak memanfaatkan tanah yang kurang dari 1 meter di pinggir jalan untuk berdiri, supaya tidak longsor karena sering diinjak.

Dengan hanya tersisa beberapa posisi yang cukup baik yang ditunjukkan oleh marketing executive-nya, akhirnya kami memutuskan mengambil satu kapling di Hammingbird blok J27 No. 5, itulah "Rumah Masa Depan" untuk Tante kami (Siko).

Sabtu, 16 Mei 2009

Terima Kasih Tuhan

Saya pernah mendengar sebuah cerita tentang mimpi seorang anak yang bertemu dengan seorang Malaikat. Malaikat ini mengajak anak ini jalan-jalan ke surga. Di surga anak ini diajak Malaikat mengunjungi sebuah ruangan yang penuh dengan para Malaikat yang sedang sibuk. Anak itu lalu bertanya kepada Malaikat,"Bapak, ruang apakah ini, mengapa semua Malaikat begitu sibuk ?" "Ini adalah ruang penerimaan permohonan, banyak sekali permohonan yang diajukan oleh manusia di dunia", jawab Malaikat itu.

Kemudian anak itu diajak ke ruang yang lain yang lebih besar lagi dan dipenuhi oleh para Malaikat yang juga terlihat sangat sibuk. Ada yang sibuk mengepak-ngepak barang. Sebelum anak itu bertanya, Malaikat itu menjelaskan kepada anak tadi, "Nah ini adalah ruangan untuk pengiriman atas permohonan manusia di dunia, karena permohonan manusia begitu banyak, sehingga yang harus dikirimkan ke dunia juga sangat banyak".

Akhirnya anak tadi diajak Malaikat itu ke sebuah lorong kecil dimana di ujung lorong terdapat sebuah ruangan kecil dan hanya dijaga oleh seorang Malaikat di sana. Anak itu terheran-heran, mengapa hampir tidak ada kegiatan apapun di ruangan tersebut. Malaikat yang menjaganya hanya duduk termenung. Lalu anak itu bertanya, "Bapak, ruang apakah ini, mengapa di sini hanya ada satu Malaikat yang menjaga dan tidak terlihat sibuk seperti di dua ruangan yang tadi kita lalui ?" Bapak Malaikat mengatakan, "Ini adalah ruang penerimaan ucapan terima kasih. Memang banyak sekali permohonan manusia kepada Tuhan, dan Tuhan hampir selalu mengabulkan permohonan manusia sesuai dengan amal dan perbuatannya, namun banyak sekali manusia yang lupa mengucapkan terima kasih".

Anak itu lalu bertanya lagi, "Jadi bagaimana cara kita berterima kasih kepada Tuhan ?" "Cukup katakan terima kasih Tuhan", jawab Malaikat itu. Anak tadi kembali bertanya, "Bagaimana kita mensyukuri nikmat Tuhan ?" Malaikat itu menjelaskan bahwa banyak sekali manusia tidak menyadari betapa beruntungnya menjadi seorang yang dikaruniai kesehatan yang baik, bebas dari rasa takut akan peperangan, memiliki pakaian yang layak untuk melindungi tubuhnya, memiliki keluarga yang kita cintai, memiliki tempat berlindung yang layak, dapat menikmati hidangan di pagi, siang dan malam hari. Jadi jangan lupa kita untuk bersyukur bahwa kita masih jauh lebih beruntung dari orang-orang yang saat ini sedang sakit, negaranya diliputi peperangan, keluarganya tidak utuh, rumahnya dilanda bencana, tidak memiliki tempat untuk berteduh yang layak, tidak dapat menikmati pendidikan atau putus sekolah karena keterbatasan biaya, bahkan masih banyak orang di dunia ini yang dilanda kelaparan. Bukankah kita masih jauh lebih beruntung dari jutaan umat manusia di dunia ini.

Anak itu terbangun dari tidur, lalu mengucapkan "Terima kasih Tuhan, Engkau telah memberikan kesempatan kepadaku untuk menikmati sinar matahari pagi ini, saya masih ingin menikmati sinar matahari esok, izinkanlah saya untuk menikmatinya Tuhan".

Oh, ya Tuhan, izinkan juga saya untuk berhubungan dengan teman-teman di dunia nyata dan dunia maya (Facebook), izinkan saya memiliki inspirasi untuk menulis di blog ini, izinkan orang-orang membaca blog saya ini, izinkan saya memperoleh sesuatu sesuai dengan harapan saya hari ini. Terima kasih Tuhan atas terkabulnya permohonan saya ini ! Amien.....!!!

Sabtu, 02 Mei 2009

Apa Yang Kita Pikirkan Tentang Kura-Kura ?

Kalau kita mendengar kata kura-kura, apa yang paling pertama kita pikirkan tentang binatang ini ? Jawabannya adalah L A M B A T, kalau binatang ini ada di darat. Kita tidak pernah melihat kura-kura berlari dengan kencang, kalau dia dikejar sekalipun, dia tidak pernah berlari, paling-paling dia hanya menyembunyikan kepalanya di dalam tempurung yang dia bawa kemanapun dia pergi.

Alkisah ada sekelompok kura-kura yang hendak pergi bertamasya. Keputusan bulat untuk benar-benar mewujudkannya baru terjadi setelah 7 tahun lamanya.

Pada hari yang sudah ditentukan, maka berangkatlah sekelompok kura-kura itu dengan membawa berbagai bekal dan perlengkapan yang dibutuhkan ke tempat yang belum mereka putuskan. Dibutuhkan waktu selama 2 tahun mereka baru menemukan tempat yang cocok untuk dijadikan tempat wisata mereka, yakni di dekat sebuah danau. Maka mereka meletakkan semua barang bawaannya dan mulailah mereka membersihkan tempat tersebut.

Pada saat akan diadakan makan siang bersama, mereka baru menyadari bahwa ternyata ada makanan yang sangat pokok yang tertinggal di rumah. Maka diputuskan diadakan pengundian siapa yang harus kembali ke rumah untuk mengambil makanannya itu. Ternyata hasil pengundian jatuh kepada kura-kura yang paling kecil. Kura-kura kecil ini pun terpaksa harus setuju untuk pulang ke rumah, namun dia mengajukan satu syarat. Dia mengatakan "OK, saya akan pulang, akan tetapi acara makan siang bersama ini harus menunggu sampai saya kembali ke sini". Semua kura-kura menyatakan setuju bahwa acara makan siang bersama ini ditunda sampai kura-kura kecil kembali lagi.

Satu bulan, dua bulan, tiga bulan akhirnya berlalu, semua kura-kura masih sabar menunggu. Suatu ketika di bulan yang ke-empat seekor kura-kura menyatakan pendapatnya karena sudah tidak tahan lagi menahan lapar. "Bagaimana kalau kita makan saja dulu, tidak perlu menunggu sampai kura-kura kecil kembali, kita semua pasti sudah lapar bukan ?" Akhirnya semua kura-kura setuju makan siang bersama akan diadakan tanpa menu utama yang akan dibawa oleh kura-kura kecil dari rumah.

Pada saat akan makan terdengar teriakan dari belakang pohon. "Hei..........! Mengapa kalian mengingkari janji, bukankah kalian sudah setuju menunggu saya kembali dulu baru boleh makan ? Untung saja saya belum berangkat, kalau saja saya sudah berangkat, pasti saya sudah dibohongi oleh kalian semua."

Ternyata selama hampir empat bulan kura-kura kecil itu hanya bersembunyi dan menunggu di balik pohon sambil menjaga jangan-jangan semua kura-kura akan makan pada saat dia dalam perjalanan pulang ke rumah.

Manusia pun kadang-kala memiliki satu sifat yang hampir sama dengan sifat kura-kura di atas. Selalu menunggu dan menunggu. Selalu menunggu orang lain berbuat untuk kita terlebih dahulu. Suatu keputusan yang harus dijalankan bersama, kalau bisa orang lain dulu yang memulai, kita tinggal ikut di belakangnya.

Jadi apa yang sudah kita pikirkan kemarin untuk kita melangkah ke depan, apakah sudah kita putuskan untuk segera memulainya atau kita masih akan menunggu sampai tahun depan ? Haruskah kita menunggu orang lain dulu yang memulainya ? Keputusan kita kemarin menentukan hidup kita hari ini, dan keputusan hari ini menentukan hidup kita esok.

Selamat kepada anda yang sudah berinisiatif memulainya dan semoga sukses !
Saya akan menunggu dan kalau memungkinkan saya akan ikut anda dari belakang, OK !