Edbert Fernando & James Riady

Edbert Fernando & James Riady
Edo's Graduation from UPH College

Kamis, 23 April 2009

Bersikap 3 TIF

Dua minggu terakhir ini masalah politik seputar Pemilu banyak sekali dibahas di berbagai media. Di kantor, di lingkungan tempat tinggal, di warung makan, di kedai kopi sampai dengan di pasar-pasar, setiap orang membahas masalah politik terlepas dari mengerti maupun hanya ikut-ikutan saja. Orang yang membahas seputar Pemilu juga tidak kalah serunya, kadang-kadang sampai setengah berteriak, seperti orang sedang menonton pertandingan sepak bola, adakalanya orang diluar lapangan kelihatan lebih pintar dari yang sedang bermain, komentarnya pun macam-macam. Misalnya "Ah... bego kali, gitu aja ngak masuk !"

Memang sangat menarik untuk disimak gonjang-ganjing seputar Pemilu karena setiap detik selalu berubah. Kemarin kita mendengar berita Partai A akan berkoalisi dengan Partai B, hari ini Partai A akan berkoalisi lagi dengan Partai C, lalu besoknya Partai B mau pisah dari Partai A gara-gara Partai A menggandeng Partai C. Waduh lama-lama kita ikutan pusing juga, para politisi seperti sedang isi teka-teki silang saja, isi kolom mendatarnya sudah cocok, giliran isi kolom menurunnya ternyata tidak cocok dengan kolom mendatarnya.

Lebih baik kali ini saya tidak menulis seputar politik saja takut para pembaca jadi bosan, politik memulu. Jadi saya mencoba menceritakan apa yang saya dengar di radio yang saya anggap cukup menarik. Kemarin waktu pulang dari kantor, saya mendengarkan radio Trijaya FM dalam acara Life Excellance bersama Jamil Azzaini. Saya tidak mendengarkan dari awal, akan tetapi kesimpulan akhirnya masih sempat saya dengarkan. Kalau tidak salah topiknya "menciptakan kemuliaan di tempat kerja". Saya mencoba menceritakan kembali di sini, mungkin tidak sesempurna yang beliau bawakan, akan tetapi mungkin masih bermanfaat bagi yang belum mendengarkan dan bermanfaat bagi diri saya sendiri agar tidak lupa begitu saja setelah mendengarkan.

Menurut beliau bahwa untuk menciptakan kemuliaan di tempat kerja harus ada 3 sikap tif, yakni bersikap positif, produktif dan kontributif. Saya mencoba menguraikan ke-3 tif ini menurut versi saya.

Bersikap Positif
Inti dari bersikap positif adalah selalu bersyukur serta melihat segala sesuatu dari sisi baiknya. Ada orang yang merasa sangat tidak nyaman dengan pekerjaannya dan lingkungan kerjanya sehingga membanding-bandingkan dengan pekerjaan orang lain, gajinya lebih besar, mobilnya lebih bagus dan sebagainya. Selalu melihat rumput di halaman tetangga lebih hijau dari rumput halaman rumahnya. Padahal dengan memiliki pekerjaan saja, kita sudah sangat beruntung dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki pekerjaan atau yang terkena PHK, apalagi dalam kondisi ekonomi dunia saat ini.

Bersikap Produktif
Dengan hanya bersikap positif saja tidaklah cukup, maka kita dituntut untuk bersikap produktif. Mungkin kita beranggapan bahwa kita harus menjadi sapi perah perusahaan jika kita dituntut untuk produktif. Sapi perah memang dituntut untuk menghasilkan susu, ayam petelur dituntut untuk bertelur. Jika sapi perah tidak menghasilkan susu atau ayam petelur tidak menghasilkan telur, maka sapi dan ayam itu sudah tidak berguna bagi peternaknya. Sebagai manusia kita juga dituntut untuk bisa menghasilkan. Apa yang dihasilkan oleh manusia ? Jawabannya adalah prestasi. Prestasi setiap orang berbeda-beda, setiap orang dapat memberikan prestasi terbaik sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Seorang yang bekerja di bagian Marketing dituntut untuk menjual produknya sesuai dengan target perusahaan. Seorang yang bekerja di bagian Accounting dituntut untuk membuat laporan keuangan perusahaan tepat pada waktunya. Begitulah hidup manusia, memang sudah seharusnya kita menghasilkan suatu prestasi, untuk itulah kita dibayar sebagai imbalan atas prestasi kita.

Bersikap kontributif
Setelah kita bersikap positif dan produktif, maka kita perlu bersikap kontributif atau harus memberikan manfaat kepada orang lain. Mungkin kita berpikir jika kita memberikan manfaat kepada orang lain, apakah orang lain membalas memberikan manfaat juga kepada kita. Kalau kita masih terus menerus mengejar manfaat untuk diri sendiri, maka kita masih belum bisa bersikap kontributif. Dalam kita memberikan kontribusi kepada orang lain, sebisa mungkin kita jangan mengharapkan balasan apapun dari yang kita berikan. Inti dari pada bersikap kontributif adalah melayani, jadi tidak harus selalu dalam bentuk uang ataupun materi secara fisik. Kontribusi yang kita berikan dalam bentuk apapun juga asal memberikan manfaat kepada orang lain akan mendapatkan balasan dari Yang Maha Kuasa.

Saya terkesan dengan ucapan seorang aktor, Jet Li pada suatu acara penghargaan beberapa waktu yang lalu di suatu stasiun TV. Dia mengatakan "Ke Chu Chi Tek Ciu Se Wa Men Tek". Artinya sesuatu yang telah diberikan keluar itulah sesungguhnya milik kita. Misalnya kita memberikan sebuah jam tangan kepada orang lain, mungkin kita sudah tidak ingat lagi pemberian kita itu, akan tetapi karena jam tangan itu dipakai oleh orang yang menerimanya, dia akan selalu mengingat akan pemberian kita itu. Apalagi pemberian-pemberian yang memang sangat bermanfaat bagi orang-orang yang sedang membutuhkan.

Dengan memberikan kontribusi manfaatnya tidak hanya dirasakan orang yang menerima akan tetapi juga bermanfaat bagi orang yang memberi. Mudah-mudahan dengan menceritakan hal-hal yang baik saya juga dapat berkontribusi. Apalagi setelah anda membaca blog saya ini dapat menggugah hati anda untuk juga berkontribusi kepada orang lain yang barangkali sedang menunggu uluran tangan anda.

Tidak ada komentar: