Edbert Fernando & James Riady

Edbert Fernando & James Riady
Edo's Graduation from UPH College

Kamis, 05 Februari 2009

Ketika Garam Lebih Bernilai Dari Pada Intan Dan Permata

Konon ada satu cerita mengenai seorang raja yang mempunyai 3 orang anak putri. Pada suatu hari Sang Raja bertanya kepada ketiga anak putrinya, "putri-putriku apakah kalian sungguh menyayangi ayah ?"

Putri yang pertama berkata, "oh tentu saja ayah, saya sangat menyayangi ayah bagaikan menyayangi emas dan berlian yang indah". Putri yang kedua juga mengatakan hal yang hampir sama, "saya menyayangi ayah bagaikan menyayangi intan dan permata yang mahal". Sang Raja tertawa, beliau sangat senang dan bahagia setelah mendengar kata-kata kedua putrinya itu.

Giliran putrinya yang ketiga, mengatakan hal yang agak berbeda dengan kakak-kakaknya. "Saya juga menyayangi ayah bagaikan menyayangi garam yang murah". Mendengar kata-kata putrinya yang ketiga, Sang Raja langsung marah. "Apakah kamu anggap ayah ini murah dan tidak berharga, percuma selama ini ayah menyayangimu, pergi kamu dari sini !" Sang Raja membentak dan mengusir putrinya yang ketiga dari kerajaan. Putri ketiga meninggalkan kerajaan dengan membawa satu bungkusan besar yang tidak tahu apa isinya.

Hari demi hari berlalu, dan datanglah bencana badai, dimana pada waktu itu garam semakin sulit dicari. Terpaksa masakan di kerajaan tanpa dibubuhi garam. Sang Raja mulai kehilangan napsu makan dan jatuh sakit. Putri yang pertama dan kedua kelihatan tidak perduli kepada ayahnya. Sang Raja mulai teringat akan putrinya yang ketiga yang telah dia usir.

Seorang dayang diam-diam pergi mencari putrinya yang ketiga. Akhirnya bertemu juga dengan putri Raja yang tiga. Dayang ini menceritakan keadaan ayahnya yang sedang jatuh sakit dan membujuknya untuk pulang. Putrinya bersedia pulang tetapi dengan menyamar sebagai seorang juru masak di kerajaan.

Putri ketiga ini masih menyimpan banyak sekali persediaan garam yang dia bawa pada saat dia meninggalkan kerajaan. Setiap kali memasak tidak lupa dia membubuhi masakannya dengan sedikit garam. Sang Raja mulai menyukai masakan putrinya, namun tidak mengetahui bahwa juru masak itu adalah putrinya sendiri yang sudah dia usir dari kerajaan. Singkat cerita Sang Raja pun akhirnya sehat kembali.

Suatu hari penyamaran putrinya diketahui juga oleh Sang Raja. Sang Raja sangat senang dan gembira. Sang Raja mulai sadar bahwa apa yang dikatakan oleh putrinya tentang menyayangi Sang Raja bagaikan menyayangi garam yang murah ternyata tidaklah salah.

Kita selalu menilai sesuatu dengan harga sebagai ukuran, bahwa sesuatu bernilai karena harganya mahal, sesuatu kurang bernilai jika harganya murah. Pada kenyataannya tidak selalu demikian, tidak selalu barang yang harganya murah tidak bernilai, seperti halnya dengan garam.

Pernahkan kita membayangkan sesuatu yang murah seperti garam ternyata sangat bernilai dan berguna. Apakah jadinya jika dunia ini tanpa garam, mungkin makanan akan menjadi terasa hambar. Mungkinkah garam itu dapat digantikan dengan emas, berlian, intan dan permata ? Memang emas, berlian, intan dan permata terlihat lebih berkilau dari pada garam. Harganya pun mahal bahkan sangat mahal dibandingkan garam yang murah bahkan sangat murah, akan tetapi suatu ketika garam tidak ada, apapun tidak sanggup menggantikan fungsinya.

Maknanya bukan suruh makan garam yang banyak, ingat konsumsi garam yang terlalu berlebih bisa menyebabkan tekanan darah tinggi. Akan tetapi maknanya adalah untuk menghargai hal-hal yang biasanya kita sepelekan, kita pandang rendah, untuk kita lebih menghargai termasuk lebih menghargai para pembantu kita.

Tidak ada komentar: