Edbert Fernando & James Riady

Edbert Fernando & James Riady
Edo's Graduation from UPH College

Senin, 01 September 2008

Kisah Pencuri Kue

Beberapa hari yang lalu, saya mendengarkan radio Sonora untuk acana AMKM malam, ada satu selipan cerita mengenai kisah pencuri kue. Saya mencoba menceritakan kembali di sini. Ada seorang wanita yang sedang melakukan perjalanan dengan pesawat terbang. Sesampai di Bandara, wanita itu membeli sebuah buku dan sekotak kue. Di ruang tunggu wanita itu mulai membaca buku yang baru saja dia beli. Dia meletakan barang bawaannya di kursi yang panjang di samping seorang pria. Sambil membaca buku sambil menikmati kue yang dibelinya sebelum masuk ke ruang tunggu. Pria yang duduk di sampingnya mengambil kue yang ada di dalam kotak yang terletak di tengah kursi panjang di antara mereka berdua. Wanita itu terheran-heran melihatnya. Dia berpikir dan berkata dalam hati "berani benar pria ini, tidak tahu malu dia". Setiap dia mengambil kue yang ada di kotak tadi, pria di sampingnya juga mengambilnya sambil senyum-senyum. Wanita tersebut menjadi agak jengkel dibuatnya. Sampai pada kue yang tersisa satu, pria tersebut membagikan menjadi dua bagian masih dengan wajah senyum-senyum kepada si wanita. Wanita tersebut berusaha menahan emosi. Tiba waktunya naik ke atas pesawat, wanita itu mengambil semua barang bawanya secara terburu-buru. Di atas pesawat dia mulai mengambil buku yang sudah hampir habis di bacanya di ruang tunggu tadi. Alangkah kagetnya dia mendapati kotak kuenya yang masih utuh di antara bawaannya. Dia baru sadar bahwa kue yang dia makan di ruang tunggu adalah dari kotak kue si pria tadi. Dia merasa malu sekali. Berarti pria tadi yang mau berbagi kue kepada si wanita, tanpa merasa jengkel dan emosi bahkan sambil memberikan senyuman. Cerita ini memberikan suatu pelajaran bahwa di dalam kehidupan kita sehari-hari, sering kita melihat segala sesuatu dari kacamata kita sendiri tanpa memperdulikan pandangan orang lain. Kita menganggap kitalah yang paling benar, orang lainlah yang salah. Kitalah yang mau mengerti orang, orang tidak mau mengerti kita. Kitalah yang sadar dan peduli orang lain, sedangkan orang lain tidak peduli kepada kita. Mulailah kita berkaca apakah kita sudah memperdulikan orang lain, sudah mengerti orang lain, apakah kita dapat berbuat sesuatu kebaikan kepada orang lain ?

Tidak ada komentar: